Purnama Sasih Kelima, Polresta Denpasar Gelar Piodalan Di Pura Linggar Adhi Adhva Dhipa

 


Denpasar, Personel Polresta Denpasar yang beragama Hindu Selasa (8/11/22) melaksanakan persembahyangan bersama serangkaian Piodalan di Pura Linggar Adhi Adhva Dhipa Polresta Denpasar bertepatan dengan Purnama Sasih Kelima.


Dalam persembahyangan bersama dihadiri Wakapolresta Denpasar AKBP I Wayan Jiartana, S.H.,S.I.K.,M.Si. dan Pejabat Utama Polresta.


Piodalan yang jatuh pada rahina Anggara Pon Ukir ini Kapuput oleh Ida Rsi Bhagawan Vadjra Mahawira Natha Daksha Karma Sidhi



Sebelum personel umat Hindu telah melaksanakan serangkaian kegiatan dari mendak Betara Tirta pada Minggu (9/11/22) dan ngayah persiapan upacara pada senin ( 7/11/22)  yang juga di hadiri Kapolresta Denpasar Kombes Pol. Bambang Yugo Pamungkas, S.H.,S.I.K.,M.Si. dan puncak piodalan berlangsung hari ini.


Kegiatan diawali proses pecaruan, tarian topeng Sidakarya, rejang Dewa, dan Tari rejang, dilanjutkan sembahyang bersama dan diakhiri Dharmawacana terkait makna perayaan piodalan.



Menurut Kasihumas Polresta Iptu I Ketut Sukadi,  persembahyangan bersama yang dilaksanakan untuk memanjatkan syukur atas segala kesehatan dan keselamatan yang telah diberikan Ida Sang Hyang Widi Wasa kepada kita semua personel Polresta Denpasar dan memohon agar pelaksanaan pengamanan event  KTT G-20 dapat berjalan aman dan lancar.



"Piodalan kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena bertepatan menjelang pengamanan KTT G20 dan sekaligua memohon kepada Ida Sang Hyang Widi perlindungan kesehatan dan keselamatan kepada seluruh personel pengamanan dan juga kegiatan berjalan dengan aman dan lancar," ucap Kasi Humas.  ***

Apel Ops Puri Agung 2022 Pengamanan Pintu Masuk Pelabuhan Padangbai Dukung KTT G20



Polres Karangasem, Apel pelaksanaan tugas dalam rangka pengamanan kegiatan KTT G-20  di pintu masuk Bali melalui Pelabuhan Padangbai, Selasa 08/11/22


Apel pelaksanaan tugas  bertempat di areal kawasan Pelabuhan Padangbai personel yang tersprint  Ops Puri Agung  Tahun 2022 Polres Karangasem. Apel pelaksanaan tugas dipimpin oleh Kabag Ops Polres Karangasem Kompol I Nengah Subangsawan, S.H.,M.H. dengan rincian  unsur pimpinan  5 orang. Pos Pemantauan kapal yang tiba di Dermaga I  24 personel, Pos Pemantauan kapal yang tiba di Dermaga II 24 personel, Pos 3 ( Pos pemeriksaan kedatangan Dermaga I  29 personel, Pos 3 ( Pos pemeriksaan kedatangan Dermaga II 29 personel, Pos 2 ( Pos pemeriksaan pintu keluar   46 personel, Pos 2 Dermaga rakyat  28 personel, Patroli areal pelabuhan 15 personel.


Dalam arahannya, Kabag Ops Polres Karangasem Kompol I Nengah Subangsawan, S.H.,M.H. memerintahkan kepada anggota agar dalam pelaksanaan tugas Ops Puri Agung Tahun 2022 dalam pengamanan kegiatan KTT G20 dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.  Selalu siap dan waspada dalam pelaksanaan tugas dan jangan underestimate dengan tugas yang diembannya dan sekecil apapun permasalahan yang ada. Tidak ada anggota bergerak sendiri-sendiri, satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik.


"Mari kita laksanakan tugas yang diberikan ini dengan penuh rasa tanggungjawab  sehingga hasilnya sesuai dengan harapan suksesnya kegiatan KTT G-20," ucap Kabag Ops Polres Karangasem Kompol Subangsawan.  ****

Polsek Denpasar Selatan Amankan Pelaku Pencurian Ikan

 


Denpasar, Polsek Denpasar Selatan mengamankan pelaku Curat spesial Ikan bernama Nova Dwi Saputra (33) asal banyuwangi Jawa timur, pelaku di duga telah mengambil Ikan di sebuah toko Ikan segar Selat Bali yang terletak di jalan Tukad Pancoran No. 21 X Kelurahan Panjer Denpasar Selatan.



Menurut Kapolsek Denpasar Selatan Kompol I Made Teja Dwi Permana, S.H.,S.I.K., peristiwa ini sendiri terjadi pada Kamis 20 Oktober 2022 dini hari sekira pukul 01.00 wita, dimana menurut keterangan korban zaenal Arifin (32) saat dirinya sampai di toko miliknya melihat pintu rooling door sudah terbuka dan saat di cek banyak ikan yang hilang.



"Korban mendapati beberapa jenis ikan yang akan dijual hilang, kemudian korban melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Denpasar Selatan," ucap Kapolsek kepada media Jumat sore (28/10/22).


Adapun jenis ikan yang hilang berupa cumi, udang, ikan sulir, ikan nila, ikan kembung, ikan tongkol dan ikan layang dengan total kerugian mencapai Rp 4 juta.



Lebih lanjut Kapolsek menjelaskan setelah menerima laporan tersebut Tim Opsnal unit Reskrim dipimpin Ipda I Made Mediana Dwyja, S.H. melakukan pengecekan TKP dan mendapatkan ciri-ciri pelaku hingga berhasil memburu pelaku hingga ke wilayah Tabanan tepatnya di kos pelaku jalan Perkutut, Dajan Peken, Tabanan pada Selasa (25/10/22).



"Pelaku kenal dengan korban dan tahu korban menjual ikan dengan stok yang banyak di toko kemudian pelaku membobol dan mengambil stok ikan," kata Kompol Made Teja.



Modus pelaku dengan mencongkel pintu toko selanjutnya membongkar Freezer (pendingin ikan) dan ikan curian kemudian pelaku jual kembali di pasar daerah Tabanan. 



"Saat dilakukan penangkapan pelaku mencoba melarikan diri, Polisi memberikan tindakan tegas kepada pelaku," tegasnya.



Pelaku yang juga seorang pedagang ikan ini sudah beberapa kali melakukan aksinya sebelumnya di sekitar bulan September 2022 di pasar jalan Tangkuban Perahu Denpasar dan juga di pasar kedonganan Kita Badung.



Terhadap pelaku dikenakan pasal 363 KUHP tentang tindak pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman 9 (sembilan) tahun penjara.

Dandim 1616/Gianyar Memberikan Tali Kasih Kepada Anak Stunting



Gianyar - Dalam rangka membantu mengurangi angka stunting pada anak, Dandim 1616/Gianyar, Letkol Inf.  Hendra Cipta.,S Sos., selaku bapak asuh bagi anak yang mengalami stunting, memberikan tali kasih berupa pemberian  paket  sembako kepada anak asuh stunting atas nama Komang Devan Wiguna, alamat Banjar Tusan, Desa Blahbatuh, Kec. Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Jumat (28/10/2022).


Dalam kegiatan pemberian tali kasih turut hadir, Dandim 1616/Gianyar, Letkol Inf. Hendra Cipta, S Sos., Pasi Ter Kodim 1616/Gianyar, Kapten Inf. Hengky Histoveri beserta Staf, Danramil 1616-04/Blahbatuh, Kapten Inf. Cokorda Agung Semadi Agustina, Kepala Dusun Tusan, Staf Puskesmas Blahbatuh II bagian Gizi dan Babinsa Desa Blahbatuh,Serda I Ketut Darmayasa.


Dalam penyampaiannya, Dandim  1616/Gianyar, Letkol Inf. Hendra Cipta, S.Sos., menyampaikan, TNI harus turut serta dalam membantu dan menekan angka stunting  pada anak yang merupakan salah satu program dari Bapak Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), dalam rangka percepatan penanganan stunting di seluruh Indonesia khususnya di Kabupaten Gianyar, pungkasnya.  ***

Laka Laut Di Raja Ampat, Taruna Akmil Asal Papua Turun Beri Pertolongan




Raja Ampat. Papua, www.tribunus.co.id  - Tiga orang Putra Asli Papua yang tengah menjalani pendidikan sebagai Taruna Akademi Militer (Akmil) tingkat IV, yakni Sersan Mayor Satu Taruna (Sermatutar) Daniel Mambrasar (Raja Ampat), Sermatutar Bima Mahuse (Merauke), dan Sermatutar Osvaldo Micibaroe (Teminabuan), tanpa disangka-sangka dalam sekejap menjelma menjadi pahlawan bagi 13 penumpang dan 2 orang kru perahu motor cepat ( speedboat) wisata Puteri Sion yang mengalami kecelakaan laut di perairan Raja Ampat, Papua Barat.

Hal tersebut disampaikan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVIII/Kasuari, Kolonel Inf Andi Gus Wulandari, S.I.P., dalam rilis tertulisnya, Minggu (28/12/2019) di Manokwari, Papua Barat.
Lebih lanjut dikatakan, ketiga Taruna Akmil tersebut sedang melaksanakan cuti Hari Natal sejak 24 Desember dari tempat mereka belajar dan berlatih untuk menjadi Perwira TNI AD di Lembaga Pendidikan (Lemdik) Akmil, Magelang, Jawa Tengah ke Papua Barat.

Ketiga Taruna ini cuti Natal ke Raja Ampat, tepatnya ke kampung Sermatutar Daniel Mambrasar di Friwen, Raja Ampat, karena dua orang lainnya yg putra Merauke dan Teminabuan ingin melihat Raja Ampat. Setelah singgah di Sorong mereka lalu menuju ke Raja Ampat.

"Saat hendak kembali dari Friwen ke Sorong menggunakan perahu motor cepat, Sabtu (28/12/2019) untuk mempersiapkan diri kembali ke Akmil, Magelang pada Selasa (31/12/2019) mendatang, disitulah kejadian heroik ketiga orang Taruna Akmil tersebut berlangsung," kata Kapendam Kolonel Andi Gus.

Pada Sabtu 28 desember 2019 sekitar pukul 12.10 WIT, ketiga orang Taruna Akmil Putra Asli Papua yang tengah dalam perjalanan laut menggunakan perahu motor cepat milik keluarga Daniel Mambrasar, dari jauh melihat ada perahu motor cepat lain yang dengan kecepatan tinggi melaju kencang mengarah ke kapal layar yg dipakai turis untuk kegiatan menyelam ( diving).

Terlihat perahu tersebut berusaha menghindari tabrakan dengan kapal layar, namun nahkodanya tidak melihat ada sekoci gandengan yang berada/ditarik kapal layar itu, sehingga akhirnya tabrakan tetap tidak terelakkan. Perahu motor cepat Putri Sion yang berisi 15 orang itu menabrak sekoci yang digandeng di perahu layar turis, yang mengakibatkan robek besar di lambung kiri perahu motor cepat ( speedboat).

"Dari kejauhan, melihat kecelakaan yang terjadi di perairan sekitar Kabui Echo Resort, Waisai itu, Sermatutar Daniel Mambrasar lalu minta ke bapaknya yang menahkodai speedboat yang mereka naiki untuk merapat, karena dari kejauhan terdengar teriakan minta tolong dari para penumpang perahu yang bertabrakan dan akan tenggelam," terangnya.

"Dengan spontan, Daniel Mambrasar dan rekan tarunanya Bima Mahuse lalu melompat ke laut dan berenang menuju Perahu Putri Sion yang mengalami kerusakan parah dan nyaris tenggelam itu untuk membantu mengevakuasi korban. Sedangkan rekannya Sermatutar Osvaldo Micibaroe menunggu di atas perahu yang mereka naiki untuk membantu menarik korban naik ke perahu motor cepat mereka," ujarnya, mengutip cerita dari Sermatutar Daniel Mambrasar, Taruna Akmil TNI AD.

Kelimabelas orang (penumpang dan kru kapal) speedboat Putri Sion yang seluruhnya selamat beserta barang-barang mereka, selanjutnya dievakuasi ke Kabui Echo Resort menggunakan perahu Daniel Mambrasar. Sedangkan perahu Putri Sion lalu ditarik dari laut ke bibir pantai untuk memudahkan evakuasi lanjutan oleh Tim SAR yg tiba di lokasi kecelakaan kapal laut itu.

Penyelamatan ini, menurut Kapendam XVIII/Kasuari, merupakan bentuk spontanitas dan wujud kepedulian mereka selaku calon Prajurit TNI, saat melihat kesulitan yang dialami saudara-saudaranya, warga masyarakat Papua Barat, rakyat Indonesia.


Taruna Akmil asal Papua


"Tentu apa yang mereka lakukan ini murni merupakan respon spontan saat melihat kesulitan yang dialami warga masyarakat. Sebutan apa yang pantas untuk mengapresiasi sikap dan tindakan yang telah mereka lakukan, tentu masyarakat sendiri yang bisa menilainya," tutupnya.   (Pendam Kasuari)

Sejarah Suku Banjar., Banjar Pahuluan

Sejarah Suku Banjar., Banjar Pahuluan

Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja.

Perilaku raja ini diikuti elit ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap.


Kedua kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga, tetapi setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur. Jadi, meskipun kelompok Suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.

Untuk kepentingan keamanan, atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri. Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang.

Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya.

Banjar Batang Banyu
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong.

Sebagai warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.

Banjar Kuala
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar.

Di kawasan ini mereka berjumpa dengan suku Dayak Ngaju, yang seperti halnya dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.

Sosio Historis
Secara sosio-historis masyarakat Banjar adalah kelompok sosial heterogen yang terkonfigurasi dari berbagai sukubangsa dan ras yang selama ratusan tahun telah menjalin kehidupan bersama, sehingga kemudian membentuk identitas etnis (suku) Banjar. Artinya, kelompok sosial heterogen itu memang terbentuk melalui proses yang tidak sepenuhnya alami (priomordial), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang cukup kompleks.

Islam telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam. Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok Dayak yang ada di sekitarnya, yang umumnya masih menganut religi sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri, setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat Dayak dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar.

Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tapi ia merupakan konstruksi historis secara sosial suatu kelompok manusia yang menginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada di kepulauan Kalimantan. Etnik Banjar merupakan bentuk pertemuan berbagai kelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan dari sebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titik berangkat pada proses Islamisasi yang dilakukan oleh Demak sebagai syarat berdirinya Kesultanan Banjar. Banjar sebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakan sebagai sebuah ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepat merupakan identitas yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal.

Suku Banjar terbagi 3 grup (kelompok besar) berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfektif kultural dan genetis yang menggambarkan percampuran penduduk pendatang dengan penduduk asli Dayak:
Grup Banjar Pahuluan adalah campuran orang Melayu-Hindu dan orang Dayak Meratus (unsur Dayak Meratus/Bukit sebagai ciri kelompok)
Grup Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat, orang Dayak Maanyan, orang Dayak Lawangan, orang Dayak Bukit dan orang Jawa-Hindu Majapahit (unsur Dayak Maanyan sebagai ciri kelompok)
Grup Banjar Kuala adalah campuran orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju (Berangas, Bakumpai), orang Kampung Melayu, orang Kampung Bugis-Makassar, orang Kampung Jawa, orang Kampung Arab, dan sebagian orang Cina Parit yang masuk Islam (unsur Dayak Ngaju sebagai ciri kelompok)
Sistem Kekerabatan
Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di samping berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya.

Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.

Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
 · minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
 · pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
 · mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
 · mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
 · sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
 · mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
 · kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
 · sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
 · maruai (isteri sama isteri bersaudara)
 · ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
 · panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
 · pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
 · badangsanak (saudara kandung)

Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.

Waring

Sanggah

Datu

Kai (kakek) + Nini (nenek)

Abah (ayah) + Uma (ibu)

Kakak < ULUN > Ading

Anak

Cucu

Buyut

Intah/Muning






Sumber : wikipedia /dan berbagai sumber












Featured Post

Purnama Sasih Kelima, Polresta Denpasar Gelar Piodalan Di Pura Linggar Adhi Adhva Dhipa

 


Denpasar, Personel Polresta Denpasar yang beragama Hindu Selasa (8/11/22) melaksanakan persembahyangan bersama serangkaian Piodalan di Pura Linggar Adhi Adhva Dhipa Polresta Denpasar bertepatan dengan Purnama Sasih Kelima.


Dalam persembahyangan bersama dihadiri Wakapolresta Denpasar AKBP I Wayan Jiartana, S.H.,S.I.K.,M.Si. dan Pejabat Utama Polresta.


Piodalan yang jatuh pada rahina Anggara Pon Ukir ini Kapuput oleh Ida Rsi Bhagawan Vadjra Mahawira Natha Daksha Karma Sidhi



Sebelum personel umat Hindu telah melaksanakan serangkaian kegiatan dari mendak Betara Tirta pada Minggu (9/11/22) dan ngayah persiapan upacara pada senin ( 7/11/22)  yang juga di hadiri Kapolresta Denpasar Kombes Pol. Bambang Yugo Pamungkas, S.H.,S.I.K.,M.Si. dan puncak piodalan berlangsung hari ini.


Kegiatan diawali proses pecaruan, tarian topeng Sidakarya, rejang Dewa, dan Tari rejang, dilanjutkan sembahyang bersama dan diakhiri Dharmawacana terkait makna perayaan piodalan.



Menurut Kasihumas Polresta Iptu I Ketut Sukadi,  persembahyangan bersama yang dilaksanakan untuk memanjatkan syukur atas segala kesehatan dan keselamatan yang telah diberikan Ida Sang Hyang Widi Wasa kepada kita semua personel Polresta Denpasar dan memohon agar pelaksanaan pengamanan event  KTT G-20 dapat berjalan aman dan lancar.



"Piodalan kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena bertepatan menjelang pengamanan KTT G20 dan sekaligua memohon kepada Ida Sang Hyang Widi perlindungan kesehatan dan keselamatan kepada seluruh personel pengamanan dan juga kegiatan berjalan dengan aman dan lancar," ucap Kasi Humas.  ***

Apel Ops Puri Agung 2022 Pengamanan Pintu Masuk Pelabuhan Padangbai Dukung KTT G20



Polres Karangasem, Apel pelaksanaan tugas dalam rangka pengamanan kegiatan KTT G-20  di pintu masuk Bali melalui Pelabuhan Padangbai, Selasa 08/11/22


Apel pelaksanaan tugas  bertempat di areal kawasan Pelabuhan Padangbai personel yang tersprint  Ops Puri Agung  Tahun 2022 Polres Karangasem. Apel pelaksanaan tugas dipimpin oleh Kabag Ops Polres Karangasem Kompol I Nengah Subangsawan, S.H.,M.H. dengan rincian  unsur pimpinan  5 orang. Pos Pemantauan kapal yang tiba di Dermaga I  24 personel, Pos Pemantauan kapal yang tiba di Dermaga II 24 personel, Pos 3 ( Pos pemeriksaan kedatangan Dermaga I  29 personel, Pos 3 ( Pos pemeriksaan kedatangan Dermaga II 29 personel, Pos 2 ( Pos pemeriksaan pintu keluar   46 personel, Pos 2 Dermaga rakyat  28 personel, Patroli areal pelabuhan 15 personel.


Dalam arahannya, Kabag Ops Polres Karangasem Kompol I Nengah Subangsawan, S.H.,M.H. memerintahkan kepada anggota agar dalam pelaksanaan tugas Ops Puri Agung Tahun 2022 dalam pengamanan kegiatan KTT G20 dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.  Selalu siap dan waspada dalam pelaksanaan tugas dan jangan underestimate dengan tugas yang diembannya dan sekecil apapun permasalahan yang ada. Tidak ada anggota bergerak sendiri-sendiri, satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik.


"Mari kita laksanakan tugas yang diberikan ini dengan penuh rasa tanggungjawab  sehingga hasilnya sesuai dengan harapan suksesnya kegiatan KTT G-20," ucap Kabag Ops Polres Karangasem Kompol Subangsawan.  ****

Polsek Denpasar Selatan Amankan Pelaku Pencurian Ikan

 


Denpasar, Polsek Denpasar Selatan mengamankan pelaku Curat spesial Ikan bernama Nova Dwi Saputra (33) asal banyuwangi Jawa timur, pelaku di duga telah mengambil Ikan di sebuah toko Ikan segar Selat Bali yang terletak di jalan Tukad Pancoran No. 21 X Kelurahan Panjer Denpasar Selatan.



Menurut Kapolsek Denpasar Selatan Kompol I Made Teja Dwi Permana, S.H.,S.I.K., peristiwa ini sendiri terjadi pada Kamis 20 Oktober 2022 dini hari sekira pukul 01.00 wita, dimana menurut keterangan korban zaenal Arifin (32) saat dirinya sampai di toko miliknya melihat pintu rooling door sudah terbuka dan saat di cek banyak ikan yang hilang.



"Korban mendapati beberapa jenis ikan yang akan dijual hilang, kemudian korban melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Denpasar Selatan," ucap Kapolsek kepada media Jumat sore (28/10/22).


Adapun jenis ikan yang hilang berupa cumi, udang, ikan sulir, ikan nila, ikan kembung, ikan tongkol dan ikan layang dengan total kerugian mencapai Rp 4 juta.



Lebih lanjut Kapolsek menjelaskan setelah menerima laporan tersebut Tim Opsnal unit Reskrim dipimpin Ipda I Made Mediana Dwyja, S.H. melakukan pengecekan TKP dan mendapatkan ciri-ciri pelaku hingga berhasil memburu pelaku hingga ke wilayah Tabanan tepatnya di kos pelaku jalan Perkutut, Dajan Peken, Tabanan pada Selasa (25/10/22).



"Pelaku kenal dengan korban dan tahu korban menjual ikan dengan stok yang banyak di toko kemudian pelaku membobol dan mengambil stok ikan," kata Kompol Made Teja.



Modus pelaku dengan mencongkel pintu toko selanjutnya membongkar Freezer (pendingin ikan) dan ikan curian kemudian pelaku jual kembali di pasar daerah Tabanan. 



"Saat dilakukan penangkapan pelaku mencoba melarikan diri, Polisi memberikan tindakan tegas kepada pelaku," tegasnya.



Pelaku yang juga seorang pedagang ikan ini sudah beberapa kali melakukan aksinya sebelumnya di sekitar bulan September 2022 di pasar jalan Tangkuban Perahu Denpasar dan juga di pasar kedonganan Kita Badung.



Terhadap pelaku dikenakan pasal 363 KUHP tentang tindak pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman 9 (sembilan) tahun penjara.

Dandim 1616/Gianyar Memberikan Tali Kasih Kepada Anak Stunting



Gianyar - Dalam rangka membantu mengurangi angka stunting pada anak, Dandim 1616/Gianyar, Letkol Inf.  Hendra Cipta.,S Sos., selaku bapak asuh bagi anak yang mengalami stunting, memberikan tali kasih berupa pemberian  paket  sembako kepada anak asuh stunting atas nama Komang Devan Wiguna, alamat Banjar Tusan, Desa Blahbatuh, Kec. Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Jumat (28/10/2022).


Dalam kegiatan pemberian tali kasih turut hadir, Dandim 1616/Gianyar, Letkol Inf. Hendra Cipta, S Sos., Pasi Ter Kodim 1616/Gianyar, Kapten Inf. Hengky Histoveri beserta Staf, Danramil 1616-04/Blahbatuh, Kapten Inf. Cokorda Agung Semadi Agustina, Kepala Dusun Tusan, Staf Puskesmas Blahbatuh II bagian Gizi dan Babinsa Desa Blahbatuh,Serda I Ketut Darmayasa.


Dalam penyampaiannya, Dandim  1616/Gianyar, Letkol Inf. Hendra Cipta, S.Sos., menyampaikan, TNI harus turut serta dalam membantu dan menekan angka stunting  pada anak yang merupakan salah satu program dari Bapak Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), dalam rangka percepatan penanganan stunting di seluruh Indonesia khususnya di Kabupaten Gianyar, pungkasnya.  ***

Laka Laut Di Raja Ampat, Taruna Akmil Asal Papua Turun Beri Pertolongan




Raja Ampat. Papua, www.tribunus.co.id  - Tiga orang Putra Asli Papua yang tengah menjalani pendidikan sebagai Taruna Akademi Militer (Akmil) tingkat IV, yakni Sersan Mayor Satu Taruna (Sermatutar) Daniel Mambrasar (Raja Ampat), Sermatutar Bima Mahuse (Merauke), dan Sermatutar Osvaldo Micibaroe (Teminabuan), tanpa disangka-sangka dalam sekejap menjelma menjadi pahlawan bagi 13 penumpang dan 2 orang kru perahu motor cepat ( speedboat) wisata Puteri Sion yang mengalami kecelakaan laut di perairan Raja Ampat, Papua Barat.

Hal tersebut disampaikan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVIII/Kasuari, Kolonel Inf Andi Gus Wulandari, S.I.P., dalam rilis tertulisnya, Minggu (28/12/2019) di Manokwari, Papua Barat.
Lebih lanjut dikatakan, ketiga Taruna Akmil tersebut sedang melaksanakan cuti Hari Natal sejak 24 Desember dari tempat mereka belajar dan berlatih untuk menjadi Perwira TNI AD di Lembaga Pendidikan (Lemdik) Akmil, Magelang, Jawa Tengah ke Papua Barat.

Ketiga Taruna ini cuti Natal ke Raja Ampat, tepatnya ke kampung Sermatutar Daniel Mambrasar di Friwen, Raja Ampat, karena dua orang lainnya yg putra Merauke dan Teminabuan ingin melihat Raja Ampat. Setelah singgah di Sorong mereka lalu menuju ke Raja Ampat.

"Saat hendak kembali dari Friwen ke Sorong menggunakan perahu motor cepat, Sabtu (28/12/2019) untuk mempersiapkan diri kembali ke Akmil, Magelang pada Selasa (31/12/2019) mendatang, disitulah kejadian heroik ketiga orang Taruna Akmil tersebut berlangsung," kata Kapendam Kolonel Andi Gus.

Pada Sabtu 28 desember 2019 sekitar pukul 12.10 WIT, ketiga orang Taruna Akmil Putra Asli Papua yang tengah dalam perjalanan laut menggunakan perahu motor cepat milik keluarga Daniel Mambrasar, dari jauh melihat ada perahu motor cepat lain yang dengan kecepatan tinggi melaju kencang mengarah ke kapal layar yg dipakai turis untuk kegiatan menyelam ( diving).

Terlihat perahu tersebut berusaha menghindari tabrakan dengan kapal layar, namun nahkodanya tidak melihat ada sekoci gandengan yang berada/ditarik kapal layar itu, sehingga akhirnya tabrakan tetap tidak terelakkan. Perahu motor cepat Putri Sion yang berisi 15 orang itu menabrak sekoci yang digandeng di perahu layar turis, yang mengakibatkan robek besar di lambung kiri perahu motor cepat ( speedboat).

"Dari kejauhan, melihat kecelakaan yang terjadi di perairan sekitar Kabui Echo Resort, Waisai itu, Sermatutar Daniel Mambrasar lalu minta ke bapaknya yang menahkodai speedboat yang mereka naiki untuk merapat, karena dari kejauhan terdengar teriakan minta tolong dari para penumpang perahu yang bertabrakan dan akan tenggelam," terangnya.

"Dengan spontan, Daniel Mambrasar dan rekan tarunanya Bima Mahuse lalu melompat ke laut dan berenang menuju Perahu Putri Sion yang mengalami kerusakan parah dan nyaris tenggelam itu untuk membantu mengevakuasi korban. Sedangkan rekannya Sermatutar Osvaldo Micibaroe menunggu di atas perahu yang mereka naiki untuk membantu menarik korban naik ke perahu motor cepat mereka," ujarnya, mengutip cerita dari Sermatutar Daniel Mambrasar, Taruna Akmil TNI AD.

Kelimabelas orang (penumpang dan kru kapal) speedboat Putri Sion yang seluruhnya selamat beserta barang-barang mereka, selanjutnya dievakuasi ke Kabui Echo Resort menggunakan perahu Daniel Mambrasar. Sedangkan perahu Putri Sion lalu ditarik dari laut ke bibir pantai untuk memudahkan evakuasi lanjutan oleh Tim SAR yg tiba di lokasi kecelakaan kapal laut itu.

Penyelamatan ini, menurut Kapendam XVIII/Kasuari, merupakan bentuk spontanitas dan wujud kepedulian mereka selaku calon Prajurit TNI, saat melihat kesulitan yang dialami saudara-saudaranya, warga masyarakat Papua Barat, rakyat Indonesia.


Taruna Akmil asal Papua


"Tentu apa yang mereka lakukan ini murni merupakan respon spontan saat melihat kesulitan yang dialami warga masyarakat. Sebutan apa yang pantas untuk mengapresiasi sikap dan tindakan yang telah mereka lakukan, tentu masyarakat sendiri yang bisa menilainya," tutupnya.   (Pendam Kasuari)

Sejarah Suku Banjar., Banjar Pahuluan

Sejarah Suku Banjar., Banjar Pahuluan

Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja.

Perilaku raja ini diikuti elit ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap.


Kedua kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga, tetapi setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur. Jadi, meskipun kelompok Suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.

Untuk kepentingan keamanan, atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri. Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang.

Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya.

Banjar Batang Banyu
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong.

Sebagai warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.

Banjar Kuala
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar.

Di kawasan ini mereka berjumpa dengan suku Dayak Ngaju, yang seperti halnya dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.

Sosio Historis
Secara sosio-historis masyarakat Banjar adalah kelompok sosial heterogen yang terkonfigurasi dari berbagai sukubangsa dan ras yang selama ratusan tahun telah menjalin kehidupan bersama, sehingga kemudian membentuk identitas etnis (suku) Banjar. Artinya, kelompok sosial heterogen itu memang terbentuk melalui proses yang tidak sepenuhnya alami (priomordial), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang cukup kompleks.

Islam telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam. Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok Dayak yang ada di sekitarnya, yang umumnya masih menganut religi sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri, setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat Dayak dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar.

Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tapi ia merupakan konstruksi historis secara sosial suatu kelompok manusia yang menginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada di kepulauan Kalimantan. Etnik Banjar merupakan bentuk pertemuan berbagai kelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan dari sebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titik berangkat pada proses Islamisasi yang dilakukan oleh Demak sebagai syarat berdirinya Kesultanan Banjar. Banjar sebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakan sebagai sebuah ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepat merupakan identitas yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal.

Suku Banjar terbagi 3 grup (kelompok besar) berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfektif kultural dan genetis yang menggambarkan percampuran penduduk pendatang dengan penduduk asli Dayak:
Grup Banjar Pahuluan adalah campuran orang Melayu-Hindu dan orang Dayak Meratus (unsur Dayak Meratus/Bukit sebagai ciri kelompok)
Grup Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat, orang Dayak Maanyan, orang Dayak Lawangan, orang Dayak Bukit dan orang Jawa-Hindu Majapahit (unsur Dayak Maanyan sebagai ciri kelompok)
Grup Banjar Kuala adalah campuran orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju (Berangas, Bakumpai), orang Kampung Melayu, orang Kampung Bugis-Makassar, orang Kampung Jawa, orang Kampung Arab, dan sebagian orang Cina Parit yang masuk Islam (unsur Dayak Ngaju sebagai ciri kelompok)
Sistem Kekerabatan
Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di samping berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya.

Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.

Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
 · minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
 · pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
 · mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
 · mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
 · sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
 · mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
 · kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
 · sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
 · maruai (isteri sama isteri bersaudara)
 · ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
 · panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
 · pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
 · badangsanak (saudara kandung)

Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.

Waring

Sanggah

Datu

Kai (kakek) + Nini (nenek)

Abah (ayah) + Uma (ibu)

Kakak < ULUN > Ading

Anak

Cucu

Buyut

Intah/Muning






Sumber : wikipedia /dan berbagai sumber