Peninggalan Wengker - Batu Besar Bertulis Di Areal Pesawahan

January 06, 2019 DPN 0 Comments


Damar Panuluh Nusantara - Bila kita menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Kota Ponorogo maka, Di dusun Ngrenak Desa Ketro Kecamatan Sawoo terdapat sebuah prasasti batu tulis yang diperkirakan  peninggalan Kerajaan wengker. Batu tersebut terletak di antara talud irigasi persawahan.

Menurut warga setempat sudah ada beberapa arkeolog yang melakukan observasi.

Sebagaimana dijelaskan Moelyadi dalam bukunya “Ungkapan Sejarah, Kerajaan wengker dan Reyog Ponorogo” (1986), dijelaskan bahwa  Pasca penaklukan Airlangga terhadap Wengker dibawah pimpinan Kettu Wijaya pada tahun 1037 M, pusat pemerintahan kerajaan Wengker yang semula diperkirakan terletak di desa Daha Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun bergeser ke selatan tepatnya di wilayah desa Ketro Kecamatan Sawoo Ponorogo dengan rajanya  Sri garasakan atau Prabu Jaka Bagus.

Sri garasakan diangkat oleh Airlangga sebagai pemegang kekuasaan Wengker karena jasanya dalam membantu usaha  Airlangga mengalahkan Kettu Wijaya.

Adapun tulisan yang terdapat pada prasasti batu tulis itu adalah Nir Wuk Tanpa Jalu yang merupakan chandra sengkala yang menunjukkan tahun 1000 saka atau 1078 M. Selain itu Moelyadi juga memaknai kalimat tersebut dari suku katanya,  Nir =Tidak ada, Wuk = tidak jadi, Tanpa = Tidak dengan, Jalu = Lelaki.

Bila disambungkan berarti  Tidak ada tidak jadi tanpa lelaki. Kalimat tersebut menurut Moelyadi berhubungan erat dengan keberadaan Warok, yang mana menjadi tokoh yang sangat diagungkan, Warok sendiri berasal dari kata Wara yang artinya “Pria agung” atau “Pria yang diagungkan”. Sri Garasakan atau Prabu Jaka bagus sendiri adalah penganut Budha Tantrayana dan dikenal sebagai raja warok pertama.  /pilgrim74

You Might Also Like

0 Comments:

Peninggalan Wengker - Batu Besar Bertulis Di Areal Pesawahan


Damar Panuluh Nusantara - Bila kita menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Kota Ponorogo maka, Di dusun Ngrenak Desa Ketro Kecamatan Sawoo terdapat sebuah prasasti batu tulis yang diperkirakan  peninggalan Kerajaan wengker. Batu tersebut terletak di antara talud irigasi persawahan.

Menurut warga setempat sudah ada beberapa arkeolog yang melakukan observasi.

Sebagaimana dijelaskan Moelyadi dalam bukunya “Ungkapan Sejarah, Kerajaan wengker dan Reyog Ponorogo” (1986), dijelaskan bahwa  Pasca penaklukan Airlangga terhadap Wengker dibawah pimpinan Kettu Wijaya pada tahun 1037 M, pusat pemerintahan kerajaan Wengker yang semula diperkirakan terletak di desa Daha Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun bergeser ke selatan tepatnya di wilayah desa Ketro Kecamatan Sawoo Ponorogo dengan rajanya  Sri garasakan atau Prabu Jaka Bagus.

Sri garasakan diangkat oleh Airlangga sebagai pemegang kekuasaan Wengker karena jasanya dalam membantu usaha  Airlangga mengalahkan Kettu Wijaya.

Adapun tulisan yang terdapat pada prasasti batu tulis itu adalah Nir Wuk Tanpa Jalu yang merupakan chandra sengkala yang menunjukkan tahun 1000 saka atau 1078 M. Selain itu Moelyadi juga memaknai kalimat tersebut dari suku katanya,  Nir =Tidak ada, Wuk = tidak jadi, Tanpa = Tidak dengan, Jalu = Lelaki.

Bila disambungkan berarti  Tidak ada tidak jadi tanpa lelaki. Kalimat tersebut menurut Moelyadi berhubungan erat dengan keberadaan Warok, yang mana menjadi tokoh yang sangat diagungkan, Warok sendiri berasal dari kata Wara yang artinya “Pria agung” atau “Pria yang diagungkan”. Sri Garasakan atau Prabu Jaka bagus sendiri adalah penganut Budha Tantrayana dan dikenal sebagai raja warok pertama.  /pilgrim74