Adalah watak Rajapatni Gayatri yang agung, sehingga mereka menjelma pemimpin besar sedunia, yang tiada tandingannya. Putri, menantu, dan cucunya menjadi raja dan ratu. Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak tanduk mereka (Negarakrtagama, Bab 48) 

Cuplikan dari kitab Negarakrtagama inilah yang dipilih menjadi pembuka kisah hidup tentang Gayatri Rajapatni yang ditulis oleh mantan duta besar Kanada untuk Indonesia, Earl Drake. Siapa dan bagaimana peranan Gayatri Rajapatni dalam sejarah perjalanan kerajaan Majapahit hingga mencapai masa gemilangnya diungkap dengan gaya bahasa ringan dalam buku ini. Sebenarnya siapa itu Gayatri Rajapatni?
Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit 


Tugas seorang bermoral adalah mengenali suatu tujuan yang mulia dan setia pada tujuan tersebut.
(Gayatri Rajapatni)

Arak-arakan menyambut Pangeran Wijaya dan pasukannya memasuki batas kota, mereka disambut oleh para menteri Jayakatwang dan diantarkan ke Daha, ibukota Kediri. Sementara itu di bangsal perempuan Keraton Kediri, Gayatri yang mendengar kedatangan Pangeran Wijaya untuk menyerahkan diri; penasaran dengan rencana apa yang akan dilakukan oleh kakak iparnya. Ia menerobos kerumunan warga di bibir jalan dan berdiri di deretan depan menunggu lewatnya perarakan.

Pangeran Wijaya yang tampan melangkah gagah, mengedarkan pandangan menyapu ke segala penjuru hingga hinggap pada sepasang mata belia yang juga sedang memandanginya. Mata mereka beradu sepersekian detik hadirkan seulas senyum di bibir Pangeran Wijaya, kini ia yakin adik iparnya Putri Gayatri selamat dari pertikaian di Singhasari. Tanpa mereka sadari, sebuah harapan diam-diam terajut di antara dua hati. Harapan yang bangkitkan gairah seiring datangnya sebuah pesan yang disampaikan pengawal Pangeran Wijaya dan menggetarkan sanubari Gayatri seperti yang dituliskan kembali dalam buku hariannya:

“Katakan kepada Putri agar jangan putus asa. Kakak sulungnya selamat dan kini tinggal di penampungan sementara kami di Madura. Kita harus tetap tenang sampai bisa kembali membangun kekuatan dan merebut kembali kerajaan. Untuk saat ini, biarkan Putri Gayatri, tinggal di sini sampai kami bisa menyelamatkan dan membawanya ke pangkuan sang Pangeran”

Penyerangan oleh Kerajaan Kediri

Asa perlahan bersemi dalam diri Gayatri untuk membangun kembali cita-cita sang ayahanda mewujudkan sebuah kerajaan pemersatu Nusantara. Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa, putri bungsu dari empat orang anak perempuan Krtanagara, Raja Agung Singhasari. Gayatri yang dekat dengan sang ayah, sejak usia lima belas tahun menaruh minat yang tinggi pada tata negara, hukum, agama, teater dan yoga; sehingga sering menjadi teman diskusi raja membahas kelangsungan negara. Gayatri selamat dari penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Jayakatwang dari Kerajaan Kediri ke Singhasari pada 1292 yang menewaskan ayahanda dan ibundanya. Kakak sulungnya Tribhuwana, istri dari Pangeran Wijaya kabur dari istana menyusul suaminya ke medan laga sedang dua kakaknya yang lain Mahadewi istri Pangeran Ardaraja putera Jayakatwang dan Jayendradewi dijadikan sandera dan dibawa ke Kediri.

Ketika istana Singhasari diserang oleh pasukan Kediri, Gayatri sedang asik belajar di kamar belakang sehingga luput dari pembantaian. Untuk menyamarkan dirinya Gayatri berganti nama menjadi Ratna Sutawan, menanggalkan baju kebesaran istana dan berpura-pura menjadi puteri pegawai rendahan keraton. Bersama Sodrakara pengasuhnya, mereka ikut diboyong ke Kediri menjadi tawanan dan ditempatkan di bangsal perempuan Keraton Kediri. Sebelum meninggalkan istana, ia meminta ijin kepada Sodrakara agar diantarkan melihat jasad orang tuanya untuk memberi sembah terakhirnya.

Ia raih tangan ayahnya yang dingin dan bersumpah akan mengabdikan diri untuk mengenangnya dan merawat apa yang telah diwariskannya. Sejenak kepedihan yang dalam menguasai dirinya, setelah itu ketakutan. Bagaimana ia bisa bertahan hidup seorang diri?

Gelar Rajapatni

Sejak pertemuannya kembali dengan Pangeran Wijaya, mereka menyusun rencana untuk membangun kembali sebuah dinasti baru dengan seorang pemimpin baru yang tetap mengusung visi Krtanagara untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Jawa lewat pertemuan rahasia di Daha, Kediri. Di hutan Tarik, Pangeran Wijaya mulai menyusun strategi dan membangun basis Majapahit dengan bantuan sekutunya dari Madura. Mereka mempersiapkan penyerangan ke Kediri dengan bersekutu dengan pasukan Cina Mongol yang mendarat di Jawa pada 28 Maret 1293. Kediri akhirnya ditaklukkan pada 29 April 1293, Gayatri pun diselamatkan oleh Wijaya dan dibawa ke Majapahit. Beberapa minggu setelah dinobatkan menjadi raja Majapahit, Wijaya yang bergelar Krtarajasa Jayawardhana mempersunting Gayatri dan menganugerahinya gelar Rajapatni, Pendamping Raja.

Suasana negeri perlahan menjadi kondusif, Wijaya dan Gayatri bahu membahu membangun kerajaan baru Majapahit yang wilayahnya meliputi Kediri, Madura, Singhasari dengan ibukota Majapahit. Perhatian mereka tertuju pada kesejahteraan rakyat, memulihkan hubungan kebudayaan dan ekonomi dengan negeri jiran seperti India dan Cina. Gayatri yang cerdas nan bijaksana, menjadi penasihat dan pendamping raja yang senantiasa memberikan pandangan baru kepada Wijaya.

Gayatri atau Rajapatni, adalah yang termuda dan tercantik diantara mereka, laksana mutiara cemerlang yang menarik cinta dan simpati semua orang. Hubungannya dengan sang raja laksana Uma dan dewa Shiwa. Ia melahirkan dua puteri, yang tak lain adalah muara kebahagiaan.

Naiknya Jayanegara, Pangeran yang Tidak Dilahirkan Oleh Seorang Ratu

Sayang kebahagiaan mereka tak bertahan lama, awan duka menyelimuti Majapahit. Wijaya mendadak menghadap sang Budha di usia 46 tahun karena penyakit tumor ganas yang menyerangnya. Karena ketiadaan putera dari Gayatri, sebagai pengganti Wijaya, Jayanagara puteranya dari Dara Petek, puteri Melayu yang tak pernah diakui sebagai ratu diangkat menjadi raja. Jayanegara yang masih muda, berusia 16 tahun dengan watak yang keras memerintah tanpa memperhatikan aspirasi rakyatnya. Selama pemerintahan Jayanagara terjadi banyak pemberontakan, namun berhasil ditumpasnya dengan tangan besi dan terjun langsung ke medan perang. Pada masa pemerintahannya Jayanagara membentuk pengawal elit istana dimana salah seorang perwira seniornya berasal dari rakyat biasa. Karena jasanya dalam menumpas pemberontakan di kalangan istana, Gadjah Mada sang perwira senior ini mendapat kepercayaan raja dan karirnya pun menanjak tajam.

Gayatri yang pandai membaca karakter, mamahami bahwa kapasitas intelektual seseorang lebih penting untuk dinilai daripada asal-usul kelas sosialnya. Di mata Gayatri, Gadjah Mada yang cerdas dan menaruh minat pada seni pemerintahan; membuatnya terkesan. Tanpa sepengetahuan raja, diam-diam Gayatri mendekati Gadjah Mada, membuatnya merasa nyaman untuk menjalin komunikasi dengannya dan kedua putrinya. Gayatri terpanggil untuk menempa dan membimbing Gadjah Mada yang dikuasai jiwa muda yang menggebu-gebu. Perlahan Gayatri mulai mengendalikan dan menyusupkan doktrin ideologi serta kebijakannya ke dalam diri perwira muda yang gagah berani dengan pendekatan kekeluargaan tanpa disadari oleh Gadjah Mada.

Peran Sang Rajapatni yang Melahirkan Kerajaan Terbesar Di Jawa

Hubungan yang tidak harmonis antara Gayatri dan Jayanagara kian meruncing saat Jayanagara memaksa ingin menikahi dua adik tirinya, putri Gayatri dan Wijaya. Gayatri menggunakan pengaruhnya dan bersekongkol dengan Gadjah Mada untuk mengenyahkan Jayanagara. Dengan memanfaatkan konflik dan selisih paham yang terjadi diantara penghuni istana, Gadjah Mada mengatur siasat untuk menghilangkan raja tanpa menggunakan tangannya. Sebuah kebijakan yang sebenarnya memberatkan hati Gayatri yang sempat dibayangi rasa bersalah, namun harus dilakukan. Lewat sebuah operasi tumor yang gagal, Jayanagara dihabisi oleh sahabatnya Tancha ahli bedah yang tersulut emosinya karena berita perselingkuhan raja dengan istrinya yang disampaikan oleh Gadjah Mada.

Sudah menjadi kehendak Rajapatni yang agung bahwa mereka harus menjadi pemimpin besar dunia, yang tiada tandingan. Puteri, menantu dan cucunya menjadi raja dan ratu. Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak-tanduk mereka.
Silsilah Singhasari, Rajapatni

Sepeninggal Jayanagara, Gayatri mengangkat putrinya Tribhuwana menjadi penguasa Majapahit. Darinya lahir putera mahkota Hayam Wuruk, lelaki pertama penguasa Singhasari dan Majapahit setelah kakeknya Krtanagara. Seiring dengan pergeseran singgasana, Gadjah Mada pun diangkat menjadi Mahapati Majapahit. Berkat kepiawaian Gadjah Mada yang menjadi utusan Majapahit dalam bernegosiasi, Bali pun berhasil melebur ke dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Menjelang usia senja, ada kekhawatiran Gayatri dengan sikap keras kepala, agresif dan ketidaksabaran yang menggebu-gebut dalam diri sang Mahapatih bila tak ada yang bisa meredam dan mengimbanginya, terlebih jika dirinya telah tiada.

Sebelum tutup usia, Gayatri telah memikirkan langkah-langkah apa yang perlu dipersiapkan demi kelanjutan pemerintahan di Majapahit. Kepada putrinya Tribhuwana dan Gadjah Mada dia menyarankan untuk membentuk dewan penasihat baru bagi putera mahkota, pemimpin masa depan. Mengusulkan kepada kedua putri dan menantunya untuk membentuk dewan keluarga yang akan membimbing dan membantu Hayam Wuruk memahami seluk beluk kehormatan dinasti. Menyarankan Gadjah Mada untuk pensiun sebagai Mahapati saat Hayam Wuruk berusia 21 tahun dan memintanya membantu mencari dan membina calon penerus yang cakap dalam periode lima tahun mendatang.

Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit, sebuah novel sejarah Majapahit yang dituturkan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tak membosankan karya Prof. Earl Drake, mantan Duta Besar Kanada untuk Indonesia (1982-1983). Gayatri Rajapatni, perempuan ningrat yang bersahaja dan rendah hati yang lebih banyak berada di belakang layar. Namanya tak banyak diangkat sehingga kurang bahkan tak dikenal dalam catatan perjalanan sejarah bangsa ini. Dialah pemberi inspirasi, penasehat dan guru spiritual bagi para pemimpin Majapahit. Dan dari tangannyalah lahir para pemimpin Majapahit yang tangguh.

Gayatri meninggal dengan tenang pada 1350 di usia 76 tahun sejalan dengan rencananya, di saat sang putri Tribhuwana turun dari singgasana dan menyerahkan kekuasaan kepada putera mahkota Hayam Wuruk.

Jiwaku kini tentram, aku bahagia menyaksikan negeri tercinta memasuki era perdamaian, kemakmuran dan pesatnya kebudayaan. Tapi janganlah terlena dengan keberlimpahan masa kini sehingga mengabaikan tugas dan tanggung jawab rohani. Mereka yang bergelimang kemewahan mungkin bakal lupa bahwa dunia yang mereka tempati adalah fana dan senantiasa dirongrong pertarungan antara “pengawal kebajikan” dan “utusan iblis”….Aku mendoakan agar para penguasa sanggup menjadi teladan yang arif dengan menyebarkan welas kasih untuk semua makhluk dan mendorong pengkhayatan akan nilai-nilai abadi.

Kejayaan Majapahit berakhir pada 1389 seiring perebutan kekuasaan pasca kematian Hayam Wuruk karena ketiadaan penerus tahta yang jelas.


[Sumber]

0 Comments:

Post a Comment