KEDIRI, DAMARPANULUHNUSANTARA.COM - Innalilahi Wainnalilahi Roji'un, telah berpulang ke Rahmatullah seorang aktifis sekaligus pejuang sosial kemanusiaan asal Kota Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur, Tri Budi Wahyudiono. Sosok dan kiprahnya dalam bidang sosial kemanusiaan ini tidak asing bagi Warga Kediri terutama wilayah Pare. Hanya ucapan selamat jalan dan mendoakan agar semua amal kebaikan almarhum diterima oleh Alloh SWT dan semua kekhilafannya diampuni oleh Alloh SWT. Serta keluarga yang ditinggalkan bisa mengikhlaskan.


Aktifis yang tinggal di Jalan Flamboyan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur ini meninggalkan seorang Istri dan 2 orang anak. Almarhum Tri Budi Wahyudiono, adalah juga seorang Mantan Wartawan dari Media Surya dan Media Duta Masyarakat.  Terakhir sebelum fokus dengan Komunitas " Suar " , almarhum juga masih gabung di Media Adakita.com sebagai Redaktur.

Mujiharjito, mantan Kepala Biro Media Duta Masyarakat untuk wilayah Kediri Raya dan juga Senior Wartawan Kediri Raya saat bertemu di rumah duka sempat ngobrol sebentar sambil menunggu jenazah almarhum yang di bawa Mobil Ambulance perjalanan dari Rumah Sakit Saiful Anwar Malang menuju Pare Kediri. " Ada kenangan yang tidak bisa kami lupakan saat Kang Yudi alias Kang Brengos begitu kawan - kawan memanggilnya, yaitu ketika menulis berita di Koran Duta Masyarakat tentang sebuah kasus yang keliru tersangkanya ditulis dari TNI. Padahal saat itu justru TNI dalam perkara waktu itu sebagai saksi yang mengetahui kejadian tersebut. Hingga sempat berita yang ditulisnya menjadi geger di Protes oleh banyak kalangan terutama Institusi TNI. Kemudian tulisan tersebut dilakukan klarifikasi," ucap Mujiharjito sambil tertawa.

Foto Almarhum Tri Budi Wahyudiono tengah mengenakan topi warna hitam sedang membawa tas semasa hidupnya

Sementara itu sedikit cerita dari Sanusi selaku Ketua Komunitas Suar dimana terakhir kali Kang Yudi bergabung dengannya. Diceritakan oleh Sanusi, bahwa Almarhum bergabung di Suar sejak sekitar tahun 2012 Islam hingga beliau wafat kemarin pada Jumat 5 Juli 2019. Almarhum masuk Suar dalam program penelitihan pengaruh anak - anak  di sekitar Eks Lokalisasi dan almarhum salah satu penelitinya. Kemudian dilanjut dengan program HIV untuk kelompok pekerja seks dan kelompok LSL serta Waria.  Disamping pendampingan pada anak - anak dalam kasus traficking dan pendampingan kasus eksploitasi kekwsara pada anak.


Lebih lanjut Sanusi mengatakan, disamping melakukan advokasi pada kelompok marginal , kemudian pada tahun 2014 saat Gunung Kelud melatus ada emergensy respon lalu dilanjut dengan menjadi tim advokasi untuk Perda SOTK - BPBD dan perda penanggngam berbasis Gender di  Kabupaten Kediri. Sementara Itu Misi Kemanusiaan yang lain adalah respon kebencanaan yang dilakukan adalah masalah banjir Sampng, banjir Tuban - Bojonegoro dan juga Madiun - Ngawi.


Sedangkan saat ada bencana di Palu, almarhum adalah salah satu dari 6 orang dari Standby Agrement di Indonesia dengan Oxfam dikirim selama 2 Minggu. Lanjut misinya selama 2 bulan (Desember -Januari) di Palu. Pendekatan pengorganisasian dan advokasi adalah menjadi komitmenya.


Kerja  jaringan yang dilakukan juga adalah menjadi Ketua Tim advokasi Perda, kemudian Anggota Kabupaten Sehat dan jaringan anak se-Jawa timur disampingenjadi jaringan Migrant Care dan jaringan penanggulangan HIV AiDs di Jatim. " Tegas berprinsip, walau melawan arus jika diyakini itu benar tetap diperjuangkan. Selain itu juga menjadi teman diskusi yang sangat baik  saat si SuaR. Saya dan rekan-rekan sangat kehilangan. Jika bicara manusia dan kemanusiaan, Almarhum adalah guru kami semua. Selalu rendah hati, berprinsip tidak mau memanfaatkan siapapun," ungkap Sanusi.


Masih menurut Sanusi, rasa terimakasihnya pada semua orang atau lembaga dan jaringan yang pernah berinteraksi almarhum. Mohan maaf jika ada salah yang pernah dilakukan almarhum baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja. "  Aku merasa kehilangan teman diskusi yang cerdas dan cara berfikannya tidak diragukan. Kehilangan pekerja keras yang humanis," pungkas Sanusi.


Disisi lain berhubungan dengan rekan seperjuangan yaitu dari Komunitas Damar Panuluh Nusantara. Saat itu almarhum mengatakan bahwa Misi Sosial Kemanusiaan yang dilakukan adalah tujuannya sama. " Aku tak berjuang di Kesehatan karo pendampingan anak-anak sing korban bencana Ben tetap semangat sekalian pencegahan HIV- Aids, trus sampean berjuang di Sejarah Budaya Kang. Ora usah Wedi sing penting Podo - Podo manfaat kanggo masyarakat. Abaikan omonganne Wong sing gak seneng. ( Saya tak berjuang di Kesehatan  dan pendampingan anak-anak Korban bencana untuk terus memberikan semangat biar tidak trauma. Dan kamu ( berjuang di Sejarah dan Budaya. Biarkan komentar yang tidak suka, yang penting kegiatan kita sama-sama manfaat untuk masyarakat)," itu kata terakhir almarhum atau Kang Brengos pada Rianto selaku penanggung jawab Tim Damar Panuluh Nusantara sebelum almarhum berangkat ke Palu dan mampir rumah untuk pinjam Ces HP.


Banyak cerita lainnya yang diungkapkan oleh kawan-kawan seperjuangan. Namun tidak semua disampaikan dalam tulisan ini. Semoga sepulangnya almarhum, rekan-rekan lainnya tetap semangat untuk menjalankan Misi Sosial Kemanusiaan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Indahnya hidup ini bila kegiatan yang kita lakukan walaupun sederhana namun bisa manfaat bagi lingkungan dan juga masyarakat luas. (nto)


Reporter: Rianto

0 Comments:

Post a Comment