Antara Makam Mbah Wasil Setono Gedong Dan Sadepok Sawahan

March 31, 2019 DPN 0 Comments



KEDIRI,DAMARPANULUHNUSANTARA.COM – Syech Ali Samsuzein adalah ulama dari Turki yang diperintahkan untuk datang ke Jawa Dwipa (Pulau Jawa), begitu menapakkan kaki di Pulau Jawa beliau sempat bermukim di wilayah Kabupaten Nganjuk tepatnya di wilayah Kecamatan Sawahan yakni di Gunung Wilis (Sadepok).

Peninggalan beliau hingga saat ini masih ada, dan seringkali dijadikan warga untuk lelaku. Menurut cerita Syech Ali Syamsuzein memiliki pengikut sekaligus murid yaki Ki Hajar Subroto, hingga pada tataran kemakrifatan.

Dakwah Syech Ali Syamsuzein tidak hanya pada tataran kemakrifatan saja. Namun dilanjutkan ke Wilayah Kediri, dakwah/ syi’ar beliau sampai kepada Prabu Joyoboyo. Melihat kebijaksanaan Sang Ulama, akhirnya Sri Aji Joyoboyopun menimba ilmu kemakrifatan.

Sehingga Syech Ali Syamsyzein memiliki dua murid dengan tataran kemakrifatan tapi dari sisi berbeda, Ki Hajar Subroto dari sisi keagamaan (bekas pertapa), sedang Prabu Joyoboyo dari sisi pemerintahan (Kerajaan). Sehingga keduanya dipesan dengan wasiat yang berbeda.

Ada dua sumber yang dapat digunakan untuk menelusuri siapa Sulaiman Al-Wasil Syamsudin atau Syekh Wasil alis Mbah Wasil


Syekh Wasil alias Mbah Wasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli dimungkinkan adalah seorang ulama besar dari Persia (Ngerum) yang datang ke Kediri untuk membahas kitab musyarar atas undangan dari Raja Jayabaya.

Tokoh inilah yang kemudian berupaya menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Kediri. Sebagai seorang ulama besar atau tokoh penting yang berjasa mengembangkan Islam di Kediri maka wajar jika setelah meninggal beliau mendapat penghormatan yang tinggi dari masyarakat.

Kompleks bangunan makam Setono Gedong merupakan salah satu wujud penghormatan yang diberikan oleh masyarakat terhadap jasa beliau dalam mengembangkan agama Islam di Kediri.

Berkaitan dengan pendapat di atas, terdapat beberapa pemahaman dasar pertama kedatangan Maulana Ali Syamsuddin di Kediri pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, yaitu pada abad XII M. Pada masa itu kebudayaan Hindu-Budha khususnya di Kediri sedang mencapai puncak kejayaan sehingga mustahil jika Islam sudah mendapatkan tempat, baik secara kultural maupun secara politis di masyarakat Kediri pada waktu itu.

Namun ini terbantah bahwa Kerajaan adalah sentral kebudayaan apapun sumbernya. Baik agama yang terlanjur sudah berkembang maupun update keilmuan serta pemahaman baru. Kedua, kemiripan nama antara Maulana Ali Syamsuddin dengan Sulaiman Al-Wasil Syamsudin belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa dua nama itu mengarah pada satu orang yang sekarang makamnya ada di kompleks bangunan makam Setono Gedong jika tidak didukung oleh data-data atau bukti yang valid. Oleh sebab itu perlu sebuah pembahasan lebih lanjut berdasar variabel pendukung.

Ketiga, berdasarkan pada bukti-bukti arkeologis, khususnya berdasarkan hasil komparasi terhadap arsitektur dan ornamentasi maka lebih tepat jika kompleks makam Setono Gedong dibangun sekitar abad XVI M. Oleh karena itu penelusuran sejarah Syekh Wasil atau Mbah Wasil sebaiknya mengarah pada tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Kediri pada masa itu.

Keempat ekspedisi Cheng Ho yang datang mengunjungi Majapahit, Demak, Pekalongan, Cirebon dan Sunda Kelapa (Jayakarta/Jakarta) oleh sekretaris Ma Huan di dalam “Yang Yai Seng Lan” melaporkan tentang keadaan alam dan penduduk dari kota-kota yang disinggahi.

Ia menyebutkan bahwa di pelabuhan Jawa (Gresik dan Tuban) ada tiga macam penduduk yaitu orang muslim dari barat (Maghribi), orang Cina (beberapa di antaranya beragama Islam) dan orang Jawa (penduduk asli yang masih belum beragama Islam). Untuk menunjukkan bahwa Islam sudah masuk dan sudah dipeluk oleh kalangan keraton Majapahit, ia menulis adanya orang-orang Jawa yang beragama Islam di istana raja sejak kira-kira 50 tahun sebelum masa itu.

Jika pendapat itu benar, lalu siapakah Syekh Wasil atau Mbah Wasil itu? Syekh Wasil atau Mbah Wasil adalah tokoh penyebar agama Islam di Kediri yang hidup sejaman dengan para Wali Songo. Tokoh ini dimungkinkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan seorang wali, yaitu Sunan Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel.

Pendapat ini didasari oleh dua indikasi, pertama adanya kesamaan arsitektur bangunan dan ornamentasi yang terdapat di kompleks bangunan makam Setono Gedong dengan kompleks bangunan makam Sunan Drajad di Lamongan. Kedua, Istri Sunan Drajat adalah Retno Ayu Condro Sekar, seorang Putri Adipati Kediri yang bernama Suryo Adilogo.

Namun demikian untuk dapat memastikan apakah Syekh Wasil atau Mbah Wasil itu adalah Adipati Suryo Adilogo, mertua dari Sunan Drajat, memang masih memerlukan kajian secara intensif dan sistematis(Berbagai Sumber)
(har/rianto)

0 Comments:

Usung Wonderland Of Java, PT GG Kembali Meriahkan Surabaya Vaganza

March 24, 2019 DPN 0 Comments



KEDIRI, DAMARPANULUHNUSANTARA.COM - PT Gudang Garam Tbk. bakal kembali memeriahkan Surabaya Vaganza. Event parade budaya dan bunga untuk menyambut hari ulang tahun (HUT) ke-726 Kota Surabaya itu akan digelar Minggu, 24 Maret 2019.  Dimajukan dua bulan lebih awal dibanding tahun lalu, delegasi pabrik rokok terbesar di Indonesia itu menjanjikan penampilan maksimal.

“Kami mendapat informasi bahwa event ini akan menjadi pembuka rangkaian HUT ke-726 Kota Surabaya. Karena itu, kami akan tampil all out untuk memeriahkannya,” ujar Wakil Direktur SDM dan Pekerjaan Umum (PU) PT. Gudang Garam Tbk., Slamet Budiono didampingi Kabid Humas Iwhan Tri Cahyono.

Untuk diketahui, tahun lalu delegasi PT Gudang Garam Tbk menyabet gelar terbaik pada event ini. Saat itu mereka mengusung tema The Lotus Kingdom. Berkisah tentang keindahan kerajaan teratai di kaki Gunung Semeru. Kemegahan tampilan delegasi ini memukau berjuta pasang mata di sepanjang rute yang dilewati.

Kesuksesan itulah yang diharapkan bisa terulang kembali tahun ini. Walau, bukan itu yang menjadi tujuan utamanya. “Kami ingin menghibur masyarakat sekaligus memeriahkan peringatan ulang tahun Kota Surabaya,” tandas Iwhan.

Lalu, apa tema yang akan diusung tahun ini? Iwhan menyebut, Wonderland of Java.
Ini merupakan tema yang mengombinasikan kebesaran Kerajaan Kediri pada masa lalu dengan taman sarinya yang indah, anggun, dan asri serta keindahan taman Kota Surabaya masa kini.

Tema itulah yang akan direpresentasikan di atas kendaraan hias PT Gudang Garam Tbk. “Kita tahu, keindahan taman di Kota Surabaya telah mengantarkannya mendapat berbagai penghargaan hingga tingkat internasional,” terang Iwhan.

Tema itu selaras pula dengan filosofi PT Gudang Garam Tbk. sebagai perusahaan besar yang tetap memperhatikan dan menjaga lingkungan sekitar. Termasuk, peduli untuk melestarikan norma budaya Indonesia, khususnya Jawa.


Iwhan menjelaskan, hari-hari ini persiapan tim terus dimatangkan. Mulai dari menyiapkan kendaraan, properti, hingga talent yang akan tampil. Mereka merupakan gabungan dari berbagai lembaga di internal PT Gudang Garam Tbk. Baik yang di Kediri, Sidoarjo, maupun Jakarta. “Kami butuh waktu sekitar 2,5 minggu untuk menyiapkannya,” jelasnya.

Total ada puluhan personel yang terlibat. Sebanyak 18 di antaranya adalah talent yang akan tampil mengiringi mobil hias.
Yang menarik, semua properti kostum yang dikenakan merupakan produksi baru. “Karena kami harus menyesuaikan dengan konsep mobil hiasnya,” tutur Iwhan.

Sabtu (23/3), mereka sudah bertolak dari Kediri menuju kantor PT Gudang Garam Tbk di Waru, Sidoarjo. Sehingga, Minggu pagi (24/3) siap menempuh rute Surabaya Vaganza yang dimulai dari Tugu Pahlawan hingga kawasan sekolah santa maria. (har/rianto)

0 Comments:

Peduli Sejarah, Jembatan Lama Kota Kediri Diresmikan Sebagai Bangunan Cagar Budaya

March 18, 2019 DPN 0 Comments



KEDIRI. DAMARPANULUHNUSANTARA.COM - Pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar dan Lilik Muhibbah akhirnya meresmikan jembatan Brawijaya Dan Menetapkan Jembatan Lama sebagai Struktur Cagar Budaya.Senin 18/03/2019

Dalam kegiatan tersebut turut pula dihadiri Para Pejabat Kota Kediri mulai Sekkota Kediri, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Asisten Administrasi Umum, Ketua DPRD Kota Kediri, Kajari Kota Kediri, Kapolres Kediri Kota, Kejaksaan Agung, Kasdim 0809 Kediri, Dan Brigif 16 / Wirayudha, Seluruh Kepala OPD se-Kota Kediri, Para Perwakilan Instansi, hingga Sastrawan Kota Kediri.

Kegiatan ini dilaksanakan di Taman Brantas Kelurahan Pocanan Kota Kediri dimulai pukul 07.30 WIB, diawali dengan musik karawitan dari SMKN 2 Kota Kediri. Selanjutnya kegiatan dibuka dengan Pembacaan do'a oleh Bpk. Zainal Abidin.

Selanjutnya dalam Sambutannya Walikota Kediri Bpk. H. Abdullah Abubakar, SH tepat pada pukul 08.15 WIB meresmikan Jembatan Brawijaya Kota Kediri "Ijinkan saya menyampaikan terima kasih karena selama 4,5 tahun saya menyurati Bpk. Presiden untuk melanjutkan pembangunan jembatan Brawijaya.

Sampai 3x saya mengirimkan surat dan bekerja sama dengan pihak Polda, Kajari, Kajagung dan Instansi terkait, akhirnya jembatan ini bisa beroperasi."


Masih dalam sambutannya Walikota Kediri Bpk. H. Abdullah Abubakar sekaligus menetapkan Jembatan Lama sebagai Bangunan Cagar Budaya. "Jembatan Lama pada hari ini tepat berusia 150th."
Dilanjutkan dengan menandatangi Prasasti Jembatan yang bertuliskan "BRUG OVER DEN BRANTAS TE KEDIRI" (Jembatan lama Kediri) adalah bangunan cagar budaya merupakan jembatan dengan konstruksi besi pertama di Jawa yang diresmikan pada 18 maret 1969 oleh Pemerintah Kolonial Belanda Karya: Insinyur Sytze Westerbaan Muurling.

Sekira Pukul 8.30 WIB, acara dilanjutkan dengan Pagelaran Seni Padang Bulan menampilkan 150 pelajar yang berasal dari SMKN 2 Kota Kediri tepat diatas Sungai Brantas di Jembatan Lama.
Hingga semua rangkaian kegiatan berakhir pada pukul 09.15 WIB, dan berjalan aman, lancar serta kondusif.(har/rian)

0 Comments:

Seremnya Diskusi Sejarah Di Area Sakral Pemakaman Bioro

March 16, 2019 DPN 0 Comments



KEDIRI, DAMARPANULUHNUSANTARA - Baru baru ini sebuah diskusi sejarah digelar di area sakral pemakaman umum pada malam hari. Sabtu (16/3/2019).

Ya betul ,terlihat puluhan warga masyarakat Dusun Bioro Desa Kandangan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Jawa Timur yang wilayah Desanya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang menggelar acara diskusi sejarah yang dihadiri oleh puluhan komunitas penggiat sejarah dan budaya, Babinsa Kandangan, Babinkamtibmas Kandangan, Perangkat Desa, Perangkat Dusun dan Perangkat Kecamatan Kandangan.

Acara diskusi tersebut dilaksanakan di Situs sejarah yaitu Situs Mbah Genthong atau Situs Bioro yang diyakini sebagai cikal bakal dari Desa Kandangan .

Situs tersebut berada di tengah tengah area pemakaman umum Dusun Bioro, Uniknya acara diskusi sejarah tersebut dilaksanakan pada malam hari tanpa dilengkapi dengan tenda dan tanpa penerangan lampu yang cukup apalagi siangnya sempat terjadi hujan lebat.


Beralaskan tikar seadanya didampingi menu makanan ubi, singkong, kacang tanah dan minuman kopi ,teh sebagai penghangat situasi acara, warga yang hadir terlihat terus berdatangan hingga acara selesai pada pukul 12 malam..

Acara tersebut diselenggarakan mengingat potensi keunggulan yang ada diwilayah Kecamatan Kandangan salah satunya adalah situs cagar budaya yang kini menjadi prioritas pemdes untuk mengangkat perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan situs situs bersejarah.

"Dengan melestarikan peninggalan leluhur yang ada di Desa Kandangan ini langkah awal untuk memberikan modal perekonomian kepada warga dan masyarakat sehingga para warga dan tokoh pemuda bisa mandiri "Ucap Zaeni selaku perwakilan perangkat Desa Kandangan.

Beberapa perwakilan dari warga diantaranya Kasun,RT dan RW Dusun Bioro menyampaikan sangat berterima kasih kepada pemerintah Desa Kandangan dan juga dari Tim Damar Panuluh Nusantara ,karena telah mengawali dan menyuport acara pelestarian cagar budaya yang ada di Desa Kandangan khususya di Situs Bioro ini.


Sementara perwakilan dari paguyupan abdi dalem Kampoeng Sentanan Desa Tunglur didampingi Rianto dari tim Damar Panuluh Nusantara juga memberikan motivasi kepada warga Dusun Bioro Desa Kandangan agar tetap semangat dan tidak putus asa dalam melestarikan dan mengangkat warisan leluhur karena akan dapat dirasakan keberkahannya jika kita merawat dan melestarikan peninggalan leluhur, seperti Situs Bioro ini "tutur Rianto tim damar panuluh nusantara.


Dalam acara tersebut juga dihadiri dari perwakilan Lesbumi Kediri bapak Habib, Ia menyuport apa yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kandangan dan beberapa komunitas penggiat sejarah dan budaya yang melaksanakan diskusi sejarah pada malam hari itu. Ini merupakan langkah awal untuk mandiri dalam perekonomian masyarakat melalui pelestarian cagar budaya atau situs situs yang ada diwilayah Kandangan. Tentunya ada rasa kebersamaan dan Kekompakan serta kepedulian terhadap situs cagar budaya itu seperti Situs Bioro ini"tuturya.

Acara yang diselenggarakan tersebut hasilnya sangat mematik semangat warga Desa Kandangan dan warga sekitar lokasi Situs Bioro yang mana dalam waktu dekat di Situs Bioro akan dilaksanakan kerja bakti membuat payung atau atap atau cungkup untuk menyimpan dan menyelamatkan Situs Bioro yang berisikan  batu prasasti, batu genthong dan beberapa artefak kuno lainnya. (har/rian)

0 Comments:

Puluhan Siswa Siswi RA Kusuma Mulia Sumberjo Menyerbu Museum Mini Kampoeng Sentanan

March 05, 2019 DPN 0 Comments




KEDIRI, DAMARPANULUHNUSANTARA. COM - Puluhan siswa siswi RA Kusuma Mulia Sumberjo Desa Tunglur Kecamatan Badas Kabupaten Kediri Jawa Timur pada minggu pagi (3/3/2019) dari tempatnya ia belajar mendadak menyerbu ke Museum Mini Kampoeng Sentanan yang berisikan benda benda peninggalan bersejarah Mpu Bahula - Diah Ratna Mangali dan Mpu Tantular yang berada di Kampoeng Sentanan Desa Tunglur Kecamatan Badas dengan didampingi oleh Kepala RA dan dua guru lainnya.


Kedatangan puluhan siswa siswi tersebut menyerbu Kampoeng Sentanan bukan untuk merusak melainkan ingin mengetahui keberadaan peninggalan nenek moyang yang usianya ribuan tahun yang diduga milik dari tokoh sentral sejarah nusantara Mpu Bahula, Diah Ratna Mangali dan Mpu Tantular yang beberapa bulan lalu baru ditemukan oleh masyarakat dan tim Damar Panuluh Nusantara.

Kedatangan puluhan siswa siswi RA Kusuma Mulia Sumberjo tersebut langsung disambut oleh juru pelihara yang tergabung dalam Paguyupan Abdi Dalem Sentanan (ADS) lalu diarahkan masuk kedalam Museum.


Dengan didampingi oleh Kepala RA dan dua guru, anak anak terlihat antusias saat mendapatkan penjelasan dari Ibu Kepala dan gurunya tentang benda benda kuno bersejarah tersebut,  lebih dipahamkan bagaimana upaya masyarakat Kampoeng Sentanan Desa Tunglur dalam melestarikan dan mengamankan peninggalan nenek moyang yang ada di Kediri ini khususnya.


Terlihat kepala RA dan Guru menyampaikan kepada anak anak " bahwa ratusan jumlah item benda benda kuno  yang terkumpul di Museum Mini ini merupakan bukti sejarah adanya peradaban atau kehidupan pada masa lampau yang ada di Desa Tunglur, menariknya  banyak siswa siswi saat itu terlihat menanyakan apa ini dan apa itu buguru.

Lalu salah satu tim Damar Panuluh Nusantata yang saat itu berada di Museum Mini Kampoeng Sentanan juga turut membantu menjelaskan kepada anak anak melalui kepala sekolah " Dikatakan tim Damar Panuluh Nusantara bahwa ratusan item artefak benda benda kuno yang terkumpul di Museum Mini Kampoeng Sentanan ini diduga peninggalan Putri Calonarang bersama menantunya yaitu Diah Ratna Mangali dan Mpu Bahula.

Bahkan diceritakan pula disini juga terlahir tokoh pembuat atau pencipta kitab terkenal Nusantara yaitu kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular yang didalamnya terdapat makna Bhineka Tunggal Ika yang dicengkramkan di Lambang Negara Indonesia Burung Garuda Pancasila ,karena Mpu Tantular merupakan putra dari Diah Ratna Mangali bersama Mpu Bahula. (dpn)

0 Comments:

Ratusan Tamu Undangan Ikuti Seminar Besar Tentang Perjalanan Ida Bagus Suamba Menelusuri Sejarah Mpu Bharadah

March 01, 2019 DPN 0 Comments




DENPASAR,DAMARPANULUHNUSANTARA.COM – Ratusan tamu undangan baik dari dalam maupun luar daerah, para pendeta, para pendande, dan para pejabat provinsi bahkan bupati menghadiri dan mengikuti acara besar yaitu Diskusi Penelusuran Pemargan (Perjalanan ) Mpu Beradah dari para wareh Mpu Bharadah yang bertempat diarea Hotel Santrian Sanur Jln Danau Tablingan 47 Denpasar Bali. Minggu (24/2/2019).

Acara yang berlangsung dengan khidmat dan lancar tersebut dilaksanakan sebagai bentuk eling kepada leluhur, sehingga acara yang dirangkum kurang lebih 4 jam ini mendapat banyak apresiasi dari semua tamu yang hadir.

Sebelum acara Diskusi diaksanakan, paginya pukul 06 :00 Wita dilaksanakan upacara do’a bersama di Pura Kuno bersejarah yaitu Pura Tanjung Sari Santrian Sanur yang berada disebelah barat panggung acara.
Ida Bagus Suamba Bhayangkara selaku ketua panitia kegiatan menyampaikan berdasarkan sejarahnya Pura Tanjung Sari di Sanur merupakan salah satu tempat yang pernah disinggahi dalam perjalanan Mpu Beradah ke Bali sebagai utusan Raja Airlangga untuk bertemu dengan Mpu Kuturan. Dipura inilah dipercaya sebagai salah satu tempat pemujaan Mpu Bharadah yang meninggalkan genta sucinya.

Melalui forum diskusi untuk Menelusuri Pemargan Mpu Bharadah diharapkan akan dapat melestarikan dan mera pengetahuan tentang perjalanan Mpu Baradah agar diketahui oleh masyarakat Bali.
“Dari diskusi dan tulisan akan memancing atau menggugah para pelaku sejarah untuk penyempurnaan melaui diskusi lanjutan dari apa yang telah dibuat. Jangan sampai terlupakan oleh para penerusnya,” ujar warga asli Sanur ini.
Sementara, Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardana Sukawati yang turut hadir dalam kegiatan diskusi menyampaikan, bahwa sejarah dari perjalanan dari Mpu Bharadah sangat perlu untuk diketahui dengan jelas dan dipahami. Melalui diskusi bersama ini, diharapkan ada tulisan-tulisan yang mempunyai kekuatan sejarah yang bisa diperbanyak. Karena jika sumber sastra hanya didiamkan begitu saja maka tidak akan memberikan manfaat.

“Ini sangat penting. Apalagi cerita ini sering dilakoni dalam cerita calonarang. Tentu perlu diluruskan, apabila ada persepsi yang salah selama ini,” ujarnya.
Pihaknya pun berharap terkait perjalanan Mpu Bharadah agar bisa dikembangkan lagi/ sehingga membuahkan hasil yang dapat digunakan sebagai bahan referensi kedepannya terkait relevansi dengan nilai-nilai luhur yang bisa diwariskan untuk pembangunan Bali.
“Bagaimana sikap bijak ini bisa menjadi alat ukur kita semua. Sudahkah kita mengikuti jejak leluhur. Ini menjadi sangat relevan disaat era sekarang yang penuh dengan pengaruh global, agar tidak meninggalkan jati diri kita sebagai trah Mpu Bharadah,” pungkasnya.
Cok Ace menambahkan dari apa yang didapat melalui diskusi bersama ini belumlah sempurna sehingga perlu dikembangan lagi diantaranya untuk memilah mana yang termasuk kisah babad, dongeng dan mana cerita yang memang benar cerita sejarah. Ia berharap nantinya hasil dari seminar ini bisa dimanfaatkan oleh Dinas Kebudayaan untuk mengembangkan pengetahuan dan disebarluaskan kepada masyarakat Bali.
“Pada akhirnya dari penelusuran pemargin leluhur, yang paling penting adalah mengetahui bahwa kita semua bersaudara,” pungkas tokoh Puri Ubud tersebut.

Diskusi Menelusuri Pemargan Mpu Bharadah sebagai bentuk eling kepada leluhur yang diikuti para Sulinggih, Penglisir dan Tokoh masyarakat Sanur melibatkan pembicara yaitu Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng Tampaksiring Gianyar, dan Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari dari Griya Wanasari Sanur Denpasar.(dpn)

0 Comments: