"Kenduri Bersama Warga " Di area Puthok Ghong Dwi Peni Muafatin

June 27, 2019 redaksi malam 0 Comments





Usai Ditemukan Struktur Bangunan Candi Seluas 11 X 12 Meter Di area persawahan Puthok Ghong Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatan Badas Kabupaten Kediri Jawa Timur, Tim Damar Panuluh Nusantara bersama pemilik lahan area Puthok Ghong Dwi Peni Muafatin menggelar acara syukuran tumpengan "Kenduri Bersama Warga " Acara tersebut dilaksanakan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia nik'mat kepada seluruh umat. Dan sekaligus penghormatan kepada para leluhur yang telah mendahului kita semua. #Edisi Selametan Tumpengan Kirim Do'a Kepada Para Leluhur/ Nenek Monyang yang telah mendahului kita semua.

.
Berikutvideonya:

 

0 Comments:

Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT GG Tbk Bagikan Saham Dividen 5 Triliun Lebih

June 26, 2019 DPN 0 Comments



Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Gudang Garan Tbk di Kilisuci Ballom Grand Surya Hotel Jl. Dhoho No.95 Kediri Jawa Timur




KEDIRI,DAMARPANULUHNUSANTARA.COM  - Bertepatan dengan tanggal lahir perusahaan rokok terbesar yang berpusat di Kediri PT Gudang Garam Tbk pada tanggal  26 Juni 2019  diusia yang ke 61 tahun ini, PT Gudang Garam Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang dilaksanakan di Kilisuci Ballroom Grand Surya Hotel Jl. Dhoho No.95 Kediri Jawa Timur .(26/6/2019).

Hasil Konferensi Pers yang dilaksanakan tersebut dengan memutuskan untuk membagikan saham dividen tunai tahun buku 2018 yakni sebesar Rp 5 Triliun lebih


Hadir dalam acara konferensi pers tersebut jajaran Direksi dan Komisaris Perusahaan PT. Gudang Garam Tbk , Istata Taswin Siddharta ,Slamet Budiono ,Hery Susianto, Heru Budiman dan awak media.


Adapun hasil Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan  terebut diantaranya "Menerima baik laporan  Direksi mengenai jalannya usaha perseroan selama tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.

Selanjutnya, Menyetujui dan mengesahkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta Widjaja dan Rekan.
dan selanjutnya memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Direksi dan para anggota Dewan Komisaris Perseroan atas tindakan tindakan dan pengawasan yang mereka jalankan selama tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.
Sejauh tindakan tindakan yang tersebut tercermin dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang dimaksud.

Kemudian, Menetapkan untuk membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2018 yaitu sebesar Rp 5,002,628,800,000 ( Lima Triliun Dua Miliar Enam Ratus Dua Puluh Delapan Juta  Delapan Ratus Ribu Rupiah ) sebagai dividen ,sehingga besar Dividen yang diterima masing masing pemegang saham adalah sebesar Rp 2,600,-  ( Dua Ribu Enam Ratus Rupiah ) per saham


Menetapkan susunan pengurus sejak penutupan rapat selanjutnya sebagai berikut
*Diresksi*
-   Presiden Direktur   : Susilo Wonowodjojo
-   Direktur : Heru Budiman ,Hery Susianto ,Buana Susilo ,Istata Taswin Siddharrta, Susanto Widiatmoko, Andik Wahyudi, Hamdhany Halim dan
-  Direktur Independent : Sony Sasono Rahmadi .

*Dewan Komisaris*
-  Presiden Komisaris   : Juni Setiawati Wonowidjojo
-   Komisaris , Lucas Mulia Suhardja
-  Komisaris Independent : Frank Willem Van Gelder dan Gotama Hengdratsonata.

Dan ,Menunjuk Kantor Akuntan Publik Siddharta Widjaja dan Rekan sebagai auditor perseroan untuk tahun buku 2019 atau penggantinya yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. (har/rianto)

0 Comments:

Ternyata Ada Tekhnologi Nuklir Pada Jaman Pra Sejarah?

June 25, 2019 Admin 1 Comments




Mengenal Tekhnologi Pada Jaman Pra sejarah

Pernahkah kita berfikir bahwa teknologi pada zaman dahulu lebih canggih daripada sekarang..?
Sebelumnya Pernah dengar epik Ramayana dan Mahabrata? Dua epos terkenal dari india kuno tersebut ditulis sekitar 1500SM, ada spekulasi yang menyebutkan bahwa Perang Mahabarata adalah Perang NUKLIR!!!

Benarkah  pada zaman dahulu ada teknologi secanggih itu? Padahal pada zaman tersebut masih zaman Prasejarah yang bahkan belum mengenal tulisan,akan tetapi bisa menciptakan teknologi secanggih itu. Para ahli terus melakukan diskusi , penyelidikan terhadap artefak artefak sejarah dan mengemukakan bahwa bukan tidak mungkin ada peradaban maju pada masa Prasejarah.


Ada Teori yang menyebutkan bahwa Peradaban yang sudah maju tersebut adalah bangsa Atlantis, Lemuria dan Rama. Bangsa Atlantis diperkirakan memiliki wilayah dari Mediteranian hingga Pegunungan Andes di seberang Samudera Atlantik, bangsa Rama berkuasa di bagian utara India-Pakistan-Tibet  hingga Asia Tengah sedangkan bangsa Lemurian yang paling maju diantara bangsa lainnya memiliki wilayah  di sekitar Indonesia, sebagian Australia, Selandia Baru, Papua Nugini dan Sebagian Samudera Pasifik. Dalam beberapa kitab Wedha dan Jain memuat bukti historis mengenai Ramayana dan Mahabrata dan bukti historis mengenai dinasti Rama yang pernah mencapai Puncak kejayaannya dengan tujuh kota utamanya “Seven Rishi City” yang salah satunya yaitu Mahenjo Daro (Pakistan Utara).

Dalam Epos Mahabrata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Vimena (Sebuah benda yang bisa terbang) dan mendarat di air lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata mirip rudal/Roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar diatas wilayah musuh , lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledeakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada di sana.

Nah, lalu dari hasil Riset dan Penelitian yang dilakukan di sekitar Sungai Gangga India, Para Arkeolog menemukan banyak sekali puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan menjadi satu permukaanya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C. bara api biasa tidak akan mencapai suhu ini, hanya ledakan nuklir yang bisa mencapai suhu tersebut. Di Sungai gangga juga ditemukan tengkorak-tengkorak yang setelah diteliti mengandung Radiasi Nuklir yang sangat tinggi. Bukan hanya di sungai  gangga reruntuhan tersebut ditemukan di Babilon kuno, Gurun Sahara dan Gurun Gobi .

Beberapa seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara Eksplisit menggambarkan bentuk dari Benda Terbang yang disebut Vimena yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Kebanyakan Bukti Tertulis berada di India dan bukti fisik berada di Amerika Selatan dan mesir.  Dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa umat manusia sudah menguasai Teknologi Nuklir, Rekayasa Genetika, Perjalanan Antar Galaksi dan Antar Dimensi.

Ada lagi berita dari Oklo, Republik Gabon bahwa pada tahun 1972 perusahaan Perancis yang mengimpor biji mineral uranium terkejut karena biji uranium tersebut sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelunya serta kandungan uraniumnya dengan limbah Reaktor nuklir hampir  sama. Penemuan tersebut mendorong para ilmuwan untuk melakukan suatu penelitian.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa adanya Reaktor Nulir berskala besar pada masa prasejarah yang berusia 2 milyar tahun, dengan kapasitas lebih dari 500 ton biji uranium di enam wilayah, dan dapat menghasilkan tenaga 100.000 watt.Tambang reactor Nuklir tersebut telah beroperasi selama 500 tahun. Yang membuat para ilmuwan malu adalah bahwa limbah penambangan reactor nuklir itu, tidak tersebar luas dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan dengan cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir tersebut.

Selain dari pada itu ada teknologi Hidrogen yang jauh lebih canggih yang di kuasai oleh bangsa Lemuria, akan tetapi karena bangsa Lemuria yang telah mencapai evolusi tertinggi yang mempunyai sifat tidak suka berperang, berbeda dengan  bangsa Rama dan bangsa Atlantis yang gemar berperang atau menginvasi bangsa lain tak terkecuali bangsa Lemurian.

 Ketika bangsa Atlantis akan melancarkan serangan ke benua Lemurian bangsa lemurian bukannya melawan akan tetapi memilih mengalah dengan meninggalkan bumi menuju planet lain. Akibat dari serangan tersebut benua Lemurian hancur dan tidak meninggalkan bekas hingga akhirnya benua lemurian tenggelam karena bencana air bah yang melanda bumi. Lalu yang tersisa adalah Indonesia,Australia , Papua nugini dan selandia Baru sebagian yang lainnya tenggelam karena berada di dataran rendah sedangkan wilayah diatas dulunya merupakan dataran tinggi benua lemurian.

(berbagai sumber)

1 Comments:

Suku Viking, Suku Yang Haus perang

June 25, 2019 Admin 0 Comments



Viking adalah suku bangsa dari Skandinavia yang berprofesi sebagai pedagang, peladang, dan paling terkenal sebagai perompak (seringkali setelah gagal berniaga) yang di antara tahun 800 dan 1050 menjarah, menduduki dan berdagang sepanjang pesisir, sungai dan pulau di Eropa dan pesisir timur laut Amerika Utara, serta bagian timur Eropa sampai ke Rusia dan Konstantinopel. Mereka memanggil diri mereka sebagai Norsemen (orang utara), sedangkan sumber-sumber utama Russia dan Bizantium menyebut mereka dengan nama Varangian.Sampai sekarang orang Skandinavia modern masih merujuk kepada diri mereka sebagai nordbor (penduduk utara).


Leif Eriksson, yang dalam saga Islandia dikatakan keturunan para pemimpin Viking Norwegia yang mendirikan perkampungan Eropa pertama di Greenland sekitar tahun 985, kemungkinan besar adalah orang Eropa pertama yang menemukan Amerika sekitar tahun 1000. Perkampungan yang didirikannya kemungkinan besar adalah di L'Anse aux Meadows, yaitu di Newfoundland dan Labrador, Kanada.

Istilah Abad Viking telah dipakai untuk menyebut periode sejarah Skandinavia dari tahun 800 sampai 1066, yaitu sampai pada kematian dari Harald III Sigurdsson

Sebutan Viking secara luas dapat pula digunakan untuk menyebut seluruh populasi Skandinavia pada Abad Viking beserta perkampungan-perkampungan sebarannya. Sebagai contoh, para pedagang dan perompak pada masa tersebut yang berasal dari pantai timur Laut Baltik dalam saga Islandia mula-mula disebut sebagai Vikinger fra Estland, atau dalam bahasa Norwegia ialah Viking Estonia
Penjelajahan Viking semakin berkurang dan akhirnya berhenti selama proses Kristenisasi Skandinavia yang berlangsung secara bertahap.

Sumber Wikipedia


0 Comments:

Etimologi Melayu, Hubungan Antar Suku Serta Kerajaan Melayu

June 25, 2019 Admin 0 Comments

foto: pecintabugis

Perkataan “Melayu” itu ialah versi baru (dalam ejaan “Rumi Melayu” awal abad ke-20 daripada ejaan Jawi sebelum itu dan Palawa dan Kawi sebelumnya lagi) kepada perkataan asalnya Malaya, iaitu perkataan Sanskrit yang bermakna “Gunung” (Perkataan Himalaya di Tibet yang terkenal itu bermakna “Gunung Tinggi” atau “Gunung Salji”; dan di pulau Jawa juga ada kawasan tasik di pergunungan tinggi yang dinamai Tasik Malaya hingga sekarang).

Kami berpendapat perkataan asal “Melayu”, iaitu Malaya, berupa terjemahan Hindia (Sanskrit) kepada Bnom, Pnom atau Phnom, bahasa Mon-Khmer yang dipercayai bersimbiosis dengan “Melayu Purba”, khususnya Funan, yang entah bila berubah bentuknya kepada “Gunung” dalam bahasa Melayu sekarang ini. China Purba menyebut Bnom/Pnom/Phnom ini sebagai Fou-Nan, Fou-nan, atau Founan yang yang dibakukan kepada ejaan Rumi

“Melayu” kini sebagai Funan bagi merujuk sebuah kerajaan rumpun Melayu di Kemboja, Kerajaan Funan, yang wujud pada abad ke-1M hingga ke-6M (Lihat seksyen 1.6). Oleh itu daripada segi sejarah dan etimologi perkataan “Melayu” ini, jelaslah sekurang-kurang pada awal Masehi, orang yang sejak di-Rumi-kan pada awal abad ke-20M ini sebagai “Melayu” sudah berada di rantau yang sekarang ini dinamai Gugusan Pepulau Melayu (Kepulauan Melayu) ini.


Orang Pnom/Phnom/Funan (“rumpun Melayu”) di Kemboja itu juga sudah berhubung dengan “rumpun Melayu” lain lagi yang dinamai Jawa (atau Jawi mengikut Arab) malah anak raja Funan pernah melarikan diri ke Jawa pada abad ke-6M apabila Kerajaan Funan diserang oleh negara peuftinya yang baru muncul bernama Chenla. Di sekitar pertengahan abad ke-4M lagi ada tulisan sejarah dari China yang mencatatkan datangnya wakil rasmi Kerajaan Mo-lo-yeu dan pelbagai ejaan lain lagi itu, dari Sumatera ke China, seperti yang dilaporkan oleh Obaidellah (1986) dan Liang (1996). Kerajaan atau orang yang sekarang disebut “Melayu” ini dicatat dalam aksara China yang ejaan transkripsinya dalam versi yang lain itu sebagai Mo-lo-yu, Molo-yoou, Mali-yu-eul, Ma-lo-yu, Mo Lou Yu, Mo Lo Yu, Mo Lou Y, Mo Lou Yuu, Ma Li Yi Er, Ma La Yu, Wu Lai Yu dan Wu Lai Yu, yang merujuk kepada Malaya itu.

Sementara itu, segi catatan bertulis di Asia Tenggara ini sendiri pula, perkataan malayu, malayo, malayu atau malaiyur (masalah transkripsi aksara palawa ke Rumi) yang tertua setakat ini ialah yang tercatat di prasasti (batu bersurat) Padang Ruku/Roko/Rocore (abad abad ke-7M), atau di Sungai Langat, Sumatera yang bertarikh bersamaan 1029M dan di Tanjore 1030M; manakala prasasti yang dijumpai di Sungai Langsat (atau Batang Hari), Palembang, bertarikh bersamaan 1286M pula tercatat perkataan malayapura (bermakna kota malaya atau negara/kerajaan malaya).

Raja Kartanagara kerajaan Singhasari di Jawa (waris-warah Kerajaan Majapahit) dirakamkan mengadakan jelajahan yang dinamainya Pamalaya bagi menawan malaya (dan berjaya) pada abad ke-14M menyebabkan hilangnya Kerajaan Sriwijaya yang masyhur itu.

Di sini dianggap kerajaan baru muncul yang bernama Kerajaan Dharmasraya (kerajaan Melayu Jambi yang asalnya wujud sebelum berada di bawah kerajaan Sriwijaya yang hanya wujud mulai awal abad ke-7M) adalah juga warisan kerajaan Sriwijaya yang dikatakan runtuh pada 1088 akibat serangan Raja Chola dari Hindia itu.

Setengah ahli sejarah menegaskankan kerajaan di Jambi sebelum wujudnya Kerajaan Sriwijaya itulah berupa Kerajaan Melayu Tertua yang dirujuk oleh penulis-penulis China sebelum abad ke-6 Masihi lagi itu sebagai kerjaan Moloyu itu. Namun kami ada teori yang lain lagi tentang perkataan “Melayu” ini yang dijelaskan di dalam bab ini.

Sejarah kerajaan dan bahasa “Melayu” Purba/Kuno (lihat seksyen 1.6-1.9) juga tidak begitu menyokong teori etimologi perkataan “Melayu” yang lain daripada Malaya (Sanskrit) itu, lebih-lebih lagi teori yang dipaparkan oleh Tardjan Hadidjaja (1964) yang dipetik juga oleh Abbas (2005) bahawa kononnya perkataan “Melayu” itu daripada “layu” itu, dengan katanya “erti Melayu itu adalah melayukan diri-nya, iaitu yang di-ibaratkan orang dahulu kala…… ya‘ani ia merendahkan diri-nya” (Ini amat popular nampaknya, terutamanya secara lisan dan bualan dalam internet; umpamanya lihat Internet 1.2).

Apatah lagi teori yang lebih main-main lagi bahwa “Melayu” itu daripada perkataan Jawa, melayu atau mlayu, yang bermaksud “lari”, iaitu orang Melayu itu kononnya orang yang lari dari tempat lain terutamanya di sekitar “Asia Tenggara” ini (jika merujuk Melayu di Malaysia umpamanya) atau dari tempat-tempat di luar Asia Tenggara ini untuk menyokong hipotesis penghijrahan itu! (Lihat Internet 1.3 umpamanya). Teori kononnya “Melayu” ialah hasil perkahwinan China dengan Hindia/India sehingga lebih layak diberi nama bangsa Cindia seperti yang sengaja diperkenalkan oleh Saba (1999) juga termasuk dalam kategori yang sama.

Petikan beliau terhadap buku Kanchan (1990) tentang nama purba Asia Tenggara ini mengikut tulisan Hindu dahulu sebagai Swarnabumi (=Bumi Emas) bukanlah perkara baru seperti yang dibincangkan lagi kemudian, tetapi nama Semenanjung Melayu (Malay Peninsula) yang dahulunya merangkumi Selatan Thailand itu sebagai Malayadvipa dan kemudian menjadi Malaya memang baru, terutamanya mengenangkan sumber tersebut juga menyatakan nama Semenanjung Melayu sebelum dirujuk sebagai Malayadvipa itu ialah Shalamalidvipa sempena banyaknya pokok Shalamali (iaitu pokok kapuk atau kekabu) di Semenanjung itu.

Tetapi teori daripada Kanchan-Saba tentang nama Malayadvipa itu diberi setelah kononnya ramai sekali bangsa Malayalam berhijrah ke Shalamalidvipa dahulu agak menyasar atau meraban sahaja lagi.

Pertamanya, kalaulah benar teori ini, tentunya suku kaum India di Semenanjung Melayu ini majoritinya keturunan Malayalam, walaupun perkawinan Malayalam dengan China dikatakan berlaku dengan banyaknya hingga melahirkan Cindia itu tetapi dinamai Malaya dan menjadi “Melayu” itu, sukar diterima melainkan terbukti sekurang-kurangnya segi DNA-nya.

Mungkin kajian DNA Malayalam dengan “Melayu” patut dilakukan sesuai dengan kaedah kajian sekarang terhadap teori asal-usul manusia semuanya dari keturunan Eve di Afrika yang galak dilakukan oleh kumpulan Oppenheimer (2003) itu.

Teori Kanchan-Saba itu juga nampaknya bertentangan dengan banyak kajian atau pandangan sarjana lain. Umpamanya, mengikut Ibrahim (1950/1961), orang “Melayu” di “Semenanjung Melayu” ini adalah pehijrah dari Sumatera, dan penduduk SM yang sudah ada ketika itu ialah Orang Asli (yang mengikut Oppenheimer datangnya dari Afrika),

 kemudian datang orang Siam-Asli (mungkin sekali Funan atau Mon?), diikuti pula oleh ketibaan orang Hindu dari Hindia Utara sebelumnya ketibaan “Melayu” itu. Tiada tempat teori Cindia Saba itu! Yang adanya, Orang Hindu dari Hindia Utara ini memang banyak yang berkahwin denga penduduk tempatan dan akhir terasimilasi seperti orang tempatan juga.

Benarlah nama sebahagian besar Semenanjung Melayu atau Semananjung Tanah Melayu sebelum kemerdekaannya 1957 (dari Inggeris) ialah Malaya (dan sebahagian lagi yang tertinggal di bawah Siam/selatan Thai itu sejak abad ke-17M, lihat seksyen 1.9), tetapi nama Malaya ini lebih munasabah daripada terjemahan Hindia kepada Pnom/Phnom/Funan dan oleh itu Malayadvipa itu juga terjemahan kepada negara Pnom/Phnom/Funan (lihat seksyen 1.6), apabila mengenangkan pengaruh Hindia terhadap “Alam Melayu” ini bermula dengan kerajaan Funan dan Campa itu lagi bukan dengan Sriwijaya yang cuba digambarkan oleh Saba (1999) menerusi petikan kepada buku Kanchan (1990) itu.

Sehubungan dengan ini, teori mereka ini tentang Raja Suran sebagai pewaris raja Melayu pertama di Palembang seperti yang diperihalkan dalam Sejarah Melayu adalah Raja Chola dari India itu juga, walau dianggap satu teori yang sudah mantap, rasanya kita masih boleh berspekulasi bahawa Raja Chenla warisan Raja Funan di Kemboja (lihat seksyen 1.6) itu agak munasabah juga.

Hubungan Raja Chola dari India ialah hubungan konfrontasi menerusi serangan Raja tersebut ke atas Sriwijaya beberapa kali (iaitu 1017, 1025 dan 1068) yang melemahkan kerajaan Sriwijaya dan akhirnya jatuh ke tangan Majapahit itu. Hubungan Sriwijaya dengan Raja Chenla di Kemboja ialah hubungan warisan persaudaraan sehingga terjadinya persemendaan/perbesanan antara Sriwijaya dengan Sailindra/Silindra berketurunan Funan itu.

Usaha Saba (1999) nampaknya ialah untuk membuktikan raja “Melayu” dahulu kala adalah berasal daripada India dengan membawa hujah-hujahnya sendiri atau dipetik daripada buku Kanchan itu. Ada dua isu yang sepatutnya dipisahkan, iaitu isu raja dan rakyat “Melayu”. Tentang betapanya raja “Melayu” (termasuk “Melayu” yang lebih dahulu daripada Sriwijaya lagi) dari India memang dianggap terbukti lama sudah kerana semua sejarah dan mitos “Melayu” (Funan, Campa dan Sriwijaya yang diperihalkan dalam seksyen 1.6 hingga 1.8).

Tegasnya, asal mulanya raja-raja “Melayu” memang dari India/Hindia yang terus dikahwinkan/berkahwin dengan orang tempatan (iaitu pribumi/“Melayu”) tetapi selepas itu semakin hilang keIndiaan/keHindiaan itu kerana tiada lagi keturunan raja itu yang dilapor berkahwin dengan sesiapa dari Hindia. Malah raja Melaka yang pertama, Parameswara itu hampir semua sumber sejarah mengatakan bukan dari India tetapi seorang putera raja dari Jawa.

Kelemahan teori Kanchan-Saba ialah cuba menyamakan isu raja dengan rakyat itu sehingga beliau terpaksa mencipta banyak hipotesis atau mitos baru yang sukar diterima. Oleh sebab itu lama sebelum teori Kanchan-Saba ini, telah adalah pula teori yang mengatakan semua raja rumpun Melayu itu bukan berbangsa Hindia/India tetapi sengaja dimitoskan demikian bagi menguatkan kewajaran menjadi raja kerana sumber kerohanian orang “Melayu” pada masa itu memanglah Hindu-Budha yang datang dari Hindia/Hindu.

Walau bagaimanapun, benarlah adanya nama Semenanjung Melayu atau The Malay/Malayan Peninsula ini yang dahulunya/kemudiannya bernama Malaya tetapi (yang merangkumi juga selatan Thailand sekarang) tidaklah diketahui tarikh mula nama ini menjadi masyhur dan yang mana yang dahulunya, kerana orang Barat sebaru-barunya sejak abad ke-3M lagi merujuk semenanjung ini sebagai Semenanjung Emas (Golden Khersonene/Korsenes/Chorsenes atau lebih awalnya bahasa Latin, Aurium Chorsenesis, hasil terjemahan nama aslinya dalam bahasa Yunani).

Malah mengikut catatan Ahmad ‘Umar (2002:48), sarjana Yunani bernama Pompinios Milla menyebut “Chry Insula” dalam buku geografinya bertarikh 43M, Batlamiyus/Ptolomaeus/Ptolemy menyebut “Chry Cheresonese” dalam peta dunianya pada 127-141M dan Martionus dari Heracliea menyebut “Aurium Chorsenesis” (setelah diLatinkan) dalam bukunya Periplus Laut Luar abad ke-4M yang setiap satunya sama dengan rujukan Hindia kepada kawasan yang sama, Swarnabumi/Swarnadvipa atau Semenanjung Emas. Mengikut catatan di Internet 1.3, lebih awal daripada tarikh-tarikh di atas lagi, sebuah buku Yunani berjudul Periplous tes Erythras karya Straboi dan Plinus dan berikutnya dalam abad ke-2M buku Geographike Hyphegesis oleh Batlamiyus itu memerihalkan Argyre Chora (Negeri Perak), Chryse Chora (Negeri Emas), Chryse Chersonesos (Semenanjung Emas) dan Iabadiou (yang kemudiannya menjadi Yawadvipa) untuk kawasan di Gugusan Pepulau Melayu ini.

Mengikut Wheatley (1966) nama Golden Khersonene itu hidup hingga abad ke-15M. Mengikut tradisi Melayu juga nama Semenanjung Tanah Melayu (Semenanjung Malaysia dan Thailand Selatan sekarang) ini dahulunya dinamai Nosa Koncana/Nusa Kencana yang bermakna Negara Emas (lihat Shaharir 1987/2000) yang mungkin sekali menjadi sumber nama Yunani dan Hindia itu.

Oleh : Shaharir Mohamad Zain
Sumber : http://www.kesturi.net/archives/366

0 Comments:

Asal Usul Orang Melayu

June 25, 2019 Admin 0 Comments

foto: melayuonline
Ada banyak teori asal-usul bangsa. Melayu tidak terkecuali. Mereka yang yang terlibat dengan teori asal-usul manusia ialah agamawan, ahli mitologi, ahli biologi, ahli arkeologi, ahli sejarah, ahli antropologi dan ahli linguistik. Samalah dengan teori bangsa lain juga, semua teori asal-usul Melayu itu berlegar pada dua teori amnya, iaitu teori yang berasaskan kepada hipotesis penghijrahan yang dikenali sebagai “Budaya Gelombang” dan satu lagi berasaskan pada peribumi atau azali.

Sesuai dengan judul bab ini perkara yang dibincangkan ialah “tempat asal Melayu”, “asalnya perkataan Melayu, dan yang berhubung dengannya”, “takrif Melayu”, “asalnya nama-nama negara dan geografi seperi Malaya, Semenanjung (Tanah) Melayu, Gugusan Pepulau Melayu, Malaysia, Indonesia dan Nusantara”. Selain daripada itu, sejarah ringkas kerajaan-kerajaan rumpun Melayu sebelum kedatangan Islam juga dibentangkan kerana kerajaan-kerajaan ini dianggap tidak begitu diketahui oleh umat rumpun Melayu kini. Kerajaan-Kerajaan yang dimaksudkan itu ialah Kerajaan Funan, Kerajaan Campa, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Langkasuka-Patani, dan Kerajaan Majapahit.


Dari Mana Orang Melayu?

Teori yang popularnya tentang asal tempat orang Melayu ialah mengikut hipotesis penghijrahan yang dikenali sebagai “Budaya Gelombang” yang diutarakan oleh seorang ahli antropologi Austria bernama Robert Heine-Geldern pada tahun 1932, iaitu Melayu ini adalah bangsa yang berasal dari Yunan, China. Teori alternatifnya ialah bangsa Melayu memenuhi “hipotesis peribumi” yang diutarakan oleh Wilheim Solheim II pada pertengahan 1960-an, yaitu Melayu ialah bangsa dari azali (mula asalnya) lagi berada di daerah Asia Tenggara ini.

Kedua-dua ringkasan teori ini dapat ditelaah pada Solheim (t.t). Mengikut Abbas (2002), sarjana tempatan yang pertama menentang hebat teori Geldern itu dan diikuti oleh ramai sarjana tempatan lain selepasnya ialah Sheppard (1972) (mantan pentadbir Inggeris di Malaya dan akhirnya menjadi rakyat Malaysia). Pengarang buku ini sendiri pernah menulis asal-usul Melayu beberapa kali (Shaharir 1992, 2000, 2000/2002, 2003a) sebagai reaksi kepada pandangan pengikut Geldern di Malaysia dan ekoran kajiannya dalam etnomatematik dalam tamadun Melayu pra-Islam sejak tahun 1990-an.

Dalam tulisan-tulisan itu, hipotesis penghijrahan dari utara (seperti Yunan itu) dihujahkan sukarnya diterima jika dilihat daripada perspektif bahasa dan fosil manusia purba. Segi kajian fosil manusia, “Orang Jawa” lebih awal daripada “Orang Peking” (kalau pun benar “Orang Peking” itu wujud; ada bukti yang “Orang Peking” itu orang 'rekayasa' saja seperti yang dimunculkan pertama kalinya pada masyarakat di Malaysia ini oleh Sulaiman & Suzanah 1978).

Segi bahasa pula, seseorang boleh menggunakan pandangan Wilkinson (1911) yang menegaskan bahawa “bahasa Yunan ialah kelompok Austronesia, manakala bahasa Melayu ialah kelompok Polinesia”, untuk mengesyorkan hipotesis bahawa penghijrahan itu lebih munasabah berlaku dari selatan atau rantau Pasifik. Tentang bangsa berbahasa Austronesia itu pun, ada pendapat (Keraf 1984) yang mengatakan bangsa nenek-moyangnya dari Alam Melayu ini juga! (Lihat juga Internet 1.1).

Walau apa pun polemik antara hipotesis penghijrahan dengan peribumi tidak mungkin akan berkesudahan sehingga akhirnya sistem nilai sahaja yang menentukan pendirian seseorang. Bagi Muslim memang hipotesis penghijrahan itu yang lebih patut dipercayai kerana lebih serasinya dengan ajaran Islam bahawa manusia ini berasal daripada Nabi Adam ‘alais (‘alaih al-salam)

semuanya, iaitu dari Timur Tengah; atau dari Nabi Nuh ‘alais (setelah mengambil kira peristiwa Bah Besar itu). Sudah ada pandangan (lihat Internet 1.1 itu) bahawa semua bangsa dalam dunia ini berasal daripada tiga putera Nabi Nuh: Ham, Yafit dan Sam. Ham berpindah ke Afrika, Yafit ke Eropah dan Sam ke Asia menerusi puteranya Nabi Hud yang tinggal di Yaman dan Oman.

Hipotesisnya, keturunan nabi Hud inilah yang berhijrah ke Madagaskar dan seterusnya ke Alam Melayu ini hinggalah ke Hawaii. Ini patut benar disambut baik oleh sarjana Muslim untuk mengesahkan hipotesis daripada sistem nilai agama ini menerusi ujian DNA.


sumber
(Shaharir Mohamad Zain/http://www.kesturi.net/archives/366)

0 Comments:

Asal Mula Penemuan Mumi Firaun Di Mesir

June 25, 2019 Admin 0 Comments







Penemuan itu dilakukan oleh arkeolog Swiss selama penggalian di Lembah Para Raja Mesir.

Temuan minggu ini dari sebuah makam yang berisi jenazah setidaknya 50 orang, telah membangkitkan minat yang besar di kalangan arkeologi dan menunjukkan bahwa masih banyak yang tersisa yang belum ditemukan di bawah gurun pasir Mesir.

Jenazah, yang diyakini berasal dari dinasti Firaun ke-18, ditemukan bersama beberapa artifak termasuk peti mati kayu yang pasti awalnya berisi mayat dan masker kematian yang diyakini telah digunakan selama upacara pemakaman.

Beberapa mumi diperkirakan merupakan pangeran dan putri raja namun banyak dari apa yang pernah dikuburkan bersama mereka telah lama hilang. Sebuah studi awal makam dan jenazah menunjukkan bahwa ruangan telah diserbu beberapa kali selama beberapa ribu tahun terakhir.

0 Comments:

Peninggalan Kerajaan Demak

June 25, 2019 Admin 0 Comments

Serambi Majapahit

Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah dengan arsitektur unik dan antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari sejarah Kerajaan Demak, serambi Majapahit ini memiliki 8 buah tiang pendopo yang berasal dari Kerajaan Majapahit, akan tetapi saat Kerajaan Majapahit runtuh, beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga Adipati Unus membawa benda pusaka tersebut menuju Demak yang sekarang ditempatkan di serambi Masjid Agung Demak dan masih bisa dilihat sampai sekarang.

Mihrab

Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab atau pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan juga Jawa.

Dampar Kencono

Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan Majapahit, sebab Dampar adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V yakni Raden Kertabumi untuk Raden Patah yang merupakan raja pertama Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah mengatakan jika di masa akhir Kerajaan Majapahit, banyak rakyat yang sudah memeluk agama Islam.

Pawestren


Peninggalan Kerajaan DemakDari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika faham Islam sudah maju pada saat tersebut dan jamaah sholat laki-laki serta perempuan sudah dipisahkan. Tempat sholat berjamaah perempuan ini dinamakan pawestren.


Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga yang 4 tiang uatam di topang belandar balok bersusun tiga lengkap dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun 1866 Masehi ini diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.

14. Surya Majapahit

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit merupakan gambar dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal di era Majapahit. Beberapa sejarawan memperkirakan jika benda tersebut merupakan lambang Kerajaan Majapahit, sementara Surya Majapahit yang terdapat di Masjid Agung Demak tersebut dibuat tahun 1401 tahun saka atau 1479 Masehi.

Berbagai sumber

0 Comments:

Dandim 0730 Hadiri Pagelaran Wayang Kulit Dengan Dalang Ki Seno Nugroho

June 18, 2019 redaksi malam 1 Comments




Jogja, DIY, damarpanuluhnusantara.com  - Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. ... Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur

Bertempat dikediaman Bp Haryono,kadus Ploso, desa Giritirto kec.purwosari. dalam rangka Merti Dusun Ploso. Selasa 18 Juni 2019

Acara pagelaran tersebut dihadiri Dandim 0730/GK Letkol Inf Noppy Laksana Armyanto SH, Danramil dan Pasiops Dim 0730/GK,Forkopimca Purwosari,Kades dan Perades Giritirto. Toga,Tomas Toda Desa Giritirto, dan  Dipadati penonton -+700 orang.


Dilaporkan Babinsa Giritirto,Serda Sumarbiyanto Mandali.

1 Comments:

Dinas Kepurbakalaan BPCB Jawa Timur Cek Temuan Candi Puthok Ghong Desa Krecek

June 18, 2019 DPN 0 Comments


Tim BPCB Jawa Timur tinjau temuan struktur bangunan Candi Puthok Ghong di persawahan Dusun Bumirejo Desa Krecek


KEDIRI, DAMARPANULUHNUSANTARA.COM - Tim BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Timur bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri bergerak cepat untuk melakukan peninjauan  terhadap temuan struktur bangunan candi Puthok Ghong yang berada di area persawahan Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatan Badas Kabupaten Kediri yang baru terungkap dua hari yang lalu .Selasa (18/6/2019).

Peninjauan sekaligus penelitian terhadap struktur bangunan candi Puthok Ghong tersebut dilakukan guna memastikan kebenaran bangunan bersejarah yang ada di area persawahan tersebut.

Tim eskavasi BPCB Jawa Timur bapak Nugroho bersama stafnya  didampingi oleh BPCB Korwil Kediri bapak Nur Ali dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kabupaten Kediri Eko Priatno bersama melakukan pengukuran pada struktur bangunan candi tersebut.


Dari hasil pengecekan ,struktur bangunan Candi tersebut dinyatakan asli candi ,dan Candi tersebut digunakan untuk tempat ibadah pada jaman peradaban dahulu ,diduga candi tersebut menghadap ketimur yakni menghadap matahari terbit.

Candi Puthok Ghong ini berada di titik kordinat Latitude -7,73603  S 7•44'9,69688"
Langitude  : 112,23998  E 112•14'23,93593".

Adapun ukuran pada candi tersebut setelah diukur diketahui memiliki panjang 12 X 11 meter , dan ukuran panjang kali lebar itu diambil dari masing masing  sudut candi.

Sementara ukuran batu bata yang ada di candi Puthok Ghong tersebut memiliki panjang 38 hingga 40 cm dengan lebar rata rata 23 cm dan ketebalan 7 - 8 cm.

Selain itu ,di bangunan Candi tersebut juga ditemukan sebuah batu andesit menyerupai kendang / gamelan alat musik jawa ,namun pihak BPCB menduga batu tersebut  adalah batu pembatas wilayah jaman dahulu.


Temuan lainnya berupa pecahan gerabah yang terbuat dari tanah liat juga ditemukan disamping candi saat digali ,diduga gerabah tersebut murni buatan lokal .

Belum ada temuan lain selain temuan diatas tersebut ,namun pihak Disbudpar Pariwisata Kabupaten Kediri bersama BPCB Jawa Timur  akan melakukan upaya agar struktur bangunan Candi dapat  segera dilakukan eskavasi, apalagi lokasi temuan bangunan candi tersebut berada di area persawahan jadi lebih mudah dan tidak mengganggu lingkungan saat dilakukan eskavasi nanti  "kata Eko Priatno kepada Tim Damar Panuluh Nusantara.(har/rianto)

0 Comments:

Lagi, Dugaan Candi Berstruktur Bata Kuno Ditemukan Di Area Persawahan Desa Krecek

June 16, 2019 DPN 0 Comments



KEDIRI,DAMARPANULUHNUSANTARA.COM - Setelah viral adanya temuan sebuah patung Arca Ghanesa di Desa Krenceng Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Kini sebuah dugaan Candi ber struktur bata kuno kembali ditemukan oleh tim Damar Panuluh Nusantara di area lahan persawahan milik Ibu Peni Muafatin yang terletak di Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatan Badas .Minggu (16/6/2019).


Dugaan bangunan Candi berstruktur bata kuno tersebut oleh tim selanjutnya dilaporkan kepada pihak perangkat Dusun Bumirejo dan Dinas Kepurbakalan BPCB Jawa Timur serta Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri.

Ukuran dugaan bangunan candi itu diperkirakan mencapai  panjang 10 meter dengan  kali lebar 8 meter .

Sebelum terungkap ,struktur bangunan Candi tersebut tertutup oleh gundukan tanah , warga sekitar sejak turun temurun menyebut area gundukan persawahan tersebut dengan sebutan nama Puthok Ghong ,hal ini dikaitkan dengan cerita masyarakat yang sering mendengar suara alat musik jawa yang bunyinya bersumber dari arah Puthok Ghong  tersebut .Ditempat tersebut dikenal sangat angker dan wingit .


Sangat jarang sekali warga maupun pemilik lahan menyentuh area lahan Puthok Ghong tersebut , takut terjadi hal hal yang  tidak diinginkan ,seperti  yang terjadi pada sebelumnya" Tutur Ibu Peni Muafatin pemilik lahan yang juga digadang gadang masyarakat sebagai calon Kades Desa Krecek.

Saat dilakukan pengecekan sekaligus  pembuktian penggalian terhadap gundukan tanah Puthok Ghong tersebut  ,rupanya bangunan candi itu terdapat bukti fisik empat sudut dan diduga candi itu menghadap ke timur ,hal ini juga dikatakan oleh petugas Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri Eko Priatno dan Dinas Kepurbakalan BPCB Jawa Timur bapak Nur Ali dilokasi temuan.

Setelah dilakukan pembuktian fisik candi dengan galian sedalam kurang lebih 80 cm ,saat ini struktur bangunan candi tersebut sudah dapat dilihat dan masih tertata rapi ,sebagian struktur sudah rusak.


Dari atap candi terdapat banyak tumpukan bata kuno yang dikumpulkan oleh pemilik lahan saat melakukan perluasan sawah sejak tahun 1996 lalu agar tidak terkena tlaktor saat menggarap sawah.

Tidak hanya itu,selain struktur bangunan candi yang ditemukan, juga terdapat sebuah batu andesit  menyerupai Lingga  ,warga setempat menyebutnya menyerupai alat musik kendang /gamelan. Dan pecahan serta serpihan kendi alat alat dapur jaman dulu juga ditemukan diarea tersebut.

Dengan ditemukannya dugaan candi tersebut ,pemilik lahan sangat antusias dan berharap agar candi ini merupakan bagian sejarah yang ada Desa Krecek .dan perlu dilestarikan agar tidak punah.
 (har/rianto)

0 Comments:

Temuan Arca Ghanesa Menyerupai Simbol Kebesaran Kediri Gegerkan Warga Kecamatan Kepung

June 15, 2019 DPN 0 Comments


Lokasi temuan arca Ghanesa di Dusun Kewagean Rt 21 Rw 06 Desa Kreceng Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri

KEDIRI, DAMARPANULUHNUSANTARA.COM - Sebuah temuan Arca Kuno menyerupai Ghanesa (Gajah ) kembali gegerkan warga Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Lokasi tepatnya temuan arca kuno tersebut ditemukan di daerah Dusun Kewagean Rt 21 Rw 06 Desa Krenceng Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur . Pada Sabtu sore (15/6/2019).


Tentu saja ,dengan adanya temuan arca kuno berbentuk Ghanesa mirip lambang Kebesaran Kediri yang diperkirakan berusia ratusan tahun tersebut sontak mengundang rasa penasaran ratusan warga setempat dan sekitar  serta para pengunjung dari berbagai daerah yang berbondong bondong ingin melihat langsung temuan arca Ghanesa tersebut.

Arca Ghanesa tersebut ditemukan salah satu warga setempat bernama Prianto (48) yang sedang mengerjakan borongan saptitang milik warga Damarwulan Kecamatan Kepung yang kebetulan sedang menggarap pondasi rumah di wilayah Dusun Kewagean.

Arca Ghanesa dan Batu Bata Kuno didalam pengerjaan sapiteng

Ia mengatakan tidak ada rasa firasat sebelumnya saat menggali saptitang tersebut"Ujar Prianto kepada Damar Panuluh Nusantara /Tim Penyelamat dan pelestari benda kuno warisan leluhur.

Namun sekira pukul 16:00 wib dirinya terkejut dengan menggali samptitang mencapai kedalaman 2 meter tiba tiba ia menemukan struktur batu bata kuno berukuran besar lalu batu bata tersebut terus digali dan tiba tiba Ia menemukan batu berelief menyerupai arca Ghanesa"terang Prianto .


Selanjutnya temuan tersebut dilaporkan kepada pihak perangkat Dusun Kewagean dan Kepala Desa Kerenceng untuk dilanjutkan kepada pihak berwenang agar segera dilakukan penelitian.

Tidak berselang lama kemudian Kepala Desa bersama anggota kepolisian polsek Kepung dan koramil Kepung mendatangi lokasi temuan,tentu saja mengundang perhatian banyak warga.


Hingga berita ini ditayangkan , lokasi temuan arca ghanesa masih dipadati warga dengan dikasih penerangan lampu.(har/rianto)

0 Comments:

Ribuan Warga Kediri Dan Sekitarnya Rela Mengantri Salam Tempel Gudang Garam Tbk

June 02, 2019 DPN 0 Comments




KEDIRI,  DAMARPANULUHNUSANTARA.COM  - Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah ,PT Gudang Garam Tbk kembali memberikan bantuan kepada masyarakat.


Kegiatan tahunan berbentuk "Salam Tempel" ini dilaksanakan guna mendekatkan Perusahaan dengan masyarakat dan juga saling berbagi kepada sesama .kegiatan sosial ini selalu diadakan dihari terakhir karyawan bekerja,tahun ini bertepatan pada hari Rabu 29 Mey 2019" Ujar Iwhan Tri Cahyono Kabid Humas PT. Gudang Garam Tbk.

Demi mewujudkan kelancaran dan ketertiban pelaksanaan kegiatan tersebut ,Perusahaan telah melakukan persiapan dan kordinasi secara lebih intens , baik di internal Perusahaan maupun eksternal yang terkait dengan kegiatan ini.

Tenaga pengamanan dari scurity ,HSE,serta tenaga medis telah disiapkan oleh internal Perusahaan,sementara itu dari pihak eksternal Perusahaan ,Polres Kediri Kota dan gabungan aparat keamanan lainnya  mendukung penuh pengamanan kegiatan tersebut ,total ada sekitar 350 personil yang  bertugas dalam kegiatan sosial itu. Perushaan juga memghimbau kepada masyarakat agar dapat mendapat keamanan ,ketertiban dan keselamatan" terangnya.



Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, perusahaan tidak mematok jumlah masyarakat yang hadir Kegiatan akan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ,biasanya diawali pukul 06:00 wib ,Seperti diketahui ,beberapa tahun terakhir ,kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 8 ribuan orang dari wilayah Kediri dan sekitarnya .Tradisi membagikan sedekah tahunan menjelang lebaran ini memang telah berlangsung sejak berpuluh puluh tahun silam"

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh pendiri PT Gudang Garam Tbk Bapak Suryo Wonowidjoyo .tradisi itu kemudian diteruskan oleh penerus selanjutnya dan dijaga hingga kini sebagai agenda rutin tahunan Perusahaan" pungkasnya.(har/rianto)

0 Comments: